Kamis, 09 Juni 2011

Resensi Buku : Membaca Potensi Tana Wajo


Judul Buku : Wajo Merajut Masa Depan
Editor : Moh Yahya Mustafa dkk
Penerbit : Pustaka Refleksi
Tahun : 2003
Halaman : x + 100 halaman

Wajo termasuk salah satu kabupaten di Sulawesi Selatan dengan banyak potensi. Potensinya itu masih terpendam dan belum dikelola dan dieksploitasi karena keterbatasan sumber daya manusia dan sumber dana. Jika potensi itu tidak diusahakan pengelolaanya tidak akan membawa arti bagi kehidupan masyarakat Tana Wajo.

Proses pengelolaan potensi terpendam tersebut sangat menentukan adalah sosok pemimpin daerah yang mampu membuka peluang dan mengajak investor masuk daerah untuk menanam investasi kemudian selanjutnya mengelola potensi yang terpendam di perut bumi, diatas bumi serta dalam air dan potensi masyarakat lainnya.

Potensi tersebut menyebar hampir di seluruh daerah. Mungkin karena keterbatasan sehingga inventarisasi potensi tersebut belum dilakukan secara serius dan profesional. Pihak luar yang ingin mendapatkan informasi secara sempurna dan mendetail soal Wajo dengan segala potensi masih sangat terbatas. Selain dapat diperoleh di dunia maya dengan website ‘’ wajo.go.id ‘’ terbitan tertulis dan masih terasa sangat terbatas.

Kehadiran buku saku disusun sejumlah wartawan muda mungkin akan member sedikit informasi soal Wajo. Buku ini juga malah akan menjadi salah satu acuan dalam mencoba membaca dan memahami peta potensi yang dimiliki daerah separuh wilayah Danau Tempe ini.

Buku dibagi dalam empat bagian terdiri dari bab yakni; Untaian Sejarah dan Manusia Wajo; Yassiwajori Membaca Potensi Diri; Wajo di Era Otonomi Daerah; Merajut Prospek Masa Depan.Diawal bab secara sepintas memberi gambaran masa lalu Tana Wajo, di masa kerajaan, peninggalan nilai demokratis yang sampai kini masih tetap dipraktekkan dan diambil nilainya bagi perjalanan pemerintahan di Wajo serta penggalan pemikiran to accae di Tana Wajo termasuk di antaranya, Arung Matowa ke-4, La Taddangpare Puang Rimaggalatung. Tokoh ini dianggap sebagai salah seorang cendekiawan di zamannyayang banyak meninggalkan pesan yang sampai kini masih tetap kontekstual keterkaitan dengan proses pemilihan pemimpin. Dia berpesan ‘’ Iyapa mualai parala kaju-kaju seddie tau narekko nabolaewi eppae sipa iyanaritu; malempue; maccapi; waranipi; namasegana atipi (dalam memilih pemimpin harus memenuhi empat hal, jujur, berani, pintar dan pemurah hati). (hal 10-11).

Pada bab dua, dijelaskan potensi daerah termasuk di antaranya; pendidikan, agama dan pariwisata. Kesadaran pendidikan orang Wajo cukup tinggi. Hal tersebut terbukti dari begitu banyak orang Wajo yang meniti karier dan profesi di perantauan dengan posisi cukup strategis.

Bupati Wajo, Naharuddin Tinulu dalam memimpin daerah member prioritas pada dunia pendidikan. ‘’ Kebijakan sektor pendidikan Bupati Naharuddin Tinulu menjadi salah satu skala prioritas utama. Bupati kemudian mengusulkan kepada eksekutif agar anggaran pendidikan dinaikkan. Usulan itu kemudian direspon secara positif dewan’’ (hal.38).

Kehidupan umat beragama di Wajo termasuk salah satu potensi daerah cukup member suasana tenang dan damai bagi pemerintah untuk menyukseskan sejumlah program daerah. Sejarah Wajo juga mencatat daerah ini, menjadi pusat pendidikan dan pengkaderan ulama Sulsel di masa lalu. Ada Pondok Pesantren didirikan oleh seorang ulama sangat dihormati dan disegani di Tanah Suci Makkah, kemudian kembali ke tanah leluhurnya di Sengkang untuk member pelajaran kepada orang Wajo.

Ulama sangat terkenal itu bernama Gurutta Asysyeh H. Muhammad As’ad. Peletakan dasar pendidikan agama pada Ponpes As’adiyah kemudian mencetak banyak ulama besar di Sulsel. ‘’ Sejumlah ulama besar Sulsel pernah mengaji padanya termasuk di antaranya; Gurutta H. Ambo Dalle, Gurutta H. Daud Ismail; Gurutta H. Muhammad Abduh Pabbaja; Ustaz KH. Ahmad Marzuki Hasan; Gurutta Yunus Marathan; Guruttan H. Djunaed dan masih banyak lagi ulama besar yang dihormati ‘’. (hal:31)

Satu-satunya daerah di Sulsel dengan hampir 50 persen wilayah Danau Tempe berada di Wajo. Danau ini termasuk memendam potensi yang cukup besar. Selain hasil ikan dan sejenisnya, secara ekonomis juga member potensi termasuk penggunaan air untuk irigasi dan sarana transportasi bagi warga yang tinggal di sepanjang pinggiran danau.
Danau yang pernah memasok kebutuhan ikan air tawar di sekitarnya, kini diperhadapkan dengan proses pendangkalan dan penyempitan alur sungai. Realitas tersebut jika kurang ditangani secara serius dan kontinyu, mungkin untuk satu generasi ke depan, danau yang pernah menjadi kebanggaan hanya akan menjadi kenangan cerita masa lalu disebabkan areal danau berubah menjadi daratan dan tanah tumbuh. Akibat penggundulan dan kehancuran ekosistem hulu sungai yang bermuara ke dalam danau.

Selain potensi danau, daerah ini juga memendam gas alam yang telah dikelola dan mampu mendatangkan hasil, kemudian secara tidak langsung mempercepat laju perkembangan, perubahan dan dinamika ekonomi masyarakat Wajo, termasuk di sekitar lokasi gas alam.

Pengelolaan potensi gas tersebut menyerap tenaga kerja lokal yang cukup banyak termasuk memasok kebutuhan pokok para pekerja di sekitar lokasi. Potensi pariwisata dan kerajinan sutera menjadi andalan dan telah menjadi ciri khas Wajo malah Sulsel. Industri rumah tangga tenun sutera telah member hasil maksimal. Tetapi kini diperhadapkan dengan dilematis karena adanya sutera pesaing dari luar. Pada kondisi tersebut sekali lagi bupati dituntut mencari solusi terhadap persoalan dihadapi para petani sutera.

Buku tipis tersebut menurut Bupati Wajo Naharuddin Tinulu serta Ketua DPRD Wajo, Andi Asmidin, menjadi salah satu media informasi menyebarkan secara luas data dan fakta pembangunan Wajo serta memberi gambaran sepintas tentang Wajo di masa lalu, masa kini dan proyeksi masa depan (Y.Akib).
Termuat di Harian Pedoman Rakyat, Minggu 6 April 2003

Tidak ada komentar:

Posting Komentar