Perguruan
Sawerigading, mengelola lembaga pendidikan, mulai SMP, SMA
hingga universitas. Beberapa
tahun terakhir ini mengalami kemajuan, baik
dari jumlah mahasiswa, pembangunan
gedung dan sarana lainnya
Pembina
Yayasan Perguruan Sawerigading, Drs. Lagaligo Nuruddin Sahadat, optimis, Universitas Sawerigading Makassar, akan semakin maju dan berkembang. “Insyaalah
kampus akan bisa mengejar
ketertinggalan, bahkan dapat sejajar perguruan tinggi dalam lingkup Kopertis IX
Sulawesi, ”ujar Lagaligo.
Mantan
wartawan di era tahun 70-an ini mengaku,
UNSA berpeluang mengalami kemajuan. Beberapa faktor jadi indikator, kampus ini
memiliki sejarah masa lalu menarik. Sejak didirikan 5 April 1943, menjadi embrio lahirnya sejumlah perguruan tinggi ternama di
Indonesia. Seperti UNHAS Makassar dan
beberapa perguruan tinggi di Pulau Jawa.
“Awal UNHAS didirikan, mahasiswa pertama maupun dosen, diambil dari UNSA. Ada sekitar 11 orang mahasiswa dialihkan
jadi mahasiswa UNHAS saat itu, di antarany
Abdullah Suara manta Bupati Luwu, Tutupoli, Tobara dan Nurdin Kasim, juga Yusuf
Madjid mantan Walikota Parepare pernah jadi siswa Perguruan Sawerigading.
Pendiri Yayasan
Perguruan Sawerigading, Prod Dr (HC) Nuruddin Syahadat, dikenal
memiliki sosok pribadi sederhana, tapi tegas, terutama keputusannya menolak keras kampusnya
gabung dengan pemerintah. Alasannya dia
mendirikan kampus tidak ingin membebani orang lain termasuk pemerintah, ujar
Lagaligo.
Walau
Nuruddin Syahadat, tidak terikat
bantuan pemerintah dia masih bisa membuka cabang di luar Sulawesi, beberapa
kampus dibuka diera tahun 1958-1959,
yakni Univeristas Pasundang di Bandung, Sekolah Tinggi Ilmu Hukum di Garut,
Universitas Brawijaya, Universitas Merdeka, Universitas 11 Maret
Purwokerto, Universitas Jaya Baya, Universitas Janabadra Yogyakarta,
Universitas 17 Agustus Surabaya, ada juga perguruan tinggi di Bali, UNSA memiliki
cabang di Dewan Kesenian Jakarta dan bahkan pernah ada Universitas Nuruddin Syahadat di Surabaya dan sangat
maju, karena kegiatannya sering melibatkan artis-artis ibu kota.
“Perguruan
tinggi tersebut dulunya adalah cabang
dari UNSA Makassar. Saat itu belum ada
menyamai, karena baru satu-satunya perguruan tinggi yang ada ada, ”jelas Lagaligo
seraya menambahkan, setelah terpecah ketika keluar
peraturan menteri pendidikan dan kebudayaan melarang perguruan tinggi membuka
cabang. Disinilah awalnya UNSA dan cabang-cabangnya di Jawa tidak lagi
terikat karena masing-masing sudah
mandiri.
Lagaligo
Nuruddin Syahadat, baru serius mengurusi kampus setelah ayahandanya Prod Dr HC
Nuruddin Syahadat meninggal dunia. Sebelumnya, dia banyak disibukkan pada dunia
jurnalis. Bebeberapa media pernah ditempati bekerja, seperti Harian Tegas, Semangat Baru, Mimbar Karya, Gema, sampai Warta HIPMI.
Ayahnya pernah berpesan, kalau mau sukses berhasil,
maka jadilah wartawan. Dia mengambil
contoh Adam Malik mantan wartawan, tidak lulus perguruan tinggi namun jadi
wakil presiden. “Inilah juga memotivasi saya hingga dulu memilih profesi
wartawan selama puluhan tahun,” tandas Lagaligo. (ulla-yahya-ahdan)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar