Selasa, 24 Desember 2013

Universitas Sawerigading Melahirkan UNHAS dan UNIBRAW



         Perguruan Sawerigading, mengelola lembaga pendidikan, mulai  SMP, SMA  hingga  universitas. Beberapa tahun terakhir ini  mengalami  kemajuan, baik  dari jumlah mahasiswa,  pembangunan gedung dan sarana lainnya 

         Pembina Yayasan Perguruan Sawerigading, Drs. Lagaligo Nuruddin Sahadat, optimis,  Universitas Sawerigading Makassar,  akan semakin maju dan berkembang. “Insyaalah kampus  akan bisa mengejar ketertinggalan, bahkan dapat sejajar perguruan tinggi dalam lingkup Kopertis IX Sulawesi, ”ujar Lagaligo. 

          Mantan wartawan  di era tahun 70-an ini mengaku, UNSA berpeluang mengalami kemajuan. Beberapa faktor jadi indikator, kampus ini memiliki sejarah masa lalu menarik. Sejak didirikan 5 April 1943,  menjadi embrio lahirnya  sejumlah perguruan tinggi ternama di Indonesia. Seperti UNHAS Makassar  dan beberapa perguruan tinggi di Pulau Jawa.

         “Awal UNHAS didirikan, mahasiswa pertama  maupun dosen, diambil dari  UNSA. Ada sekitar 11 orang mahasiswa dialihkan  jadi mahasiswa UNHAS saat itu, di antarany Abdullah Suara manta Bupati Luwu, Tutupoli, Tobara dan Nurdin Kasim, juga Yusuf Madjid mantan Walikota Parepare pernah jadi siswa Perguruan Sawerigading.    

          Pendiri Yayasan Perguruan Sawerigading, Prod Dr (HC) Nuruddin Syahadat,   dikenal memiliki sosok  pribadi sederhana,  tapi  tegas, terutama keputusannya menolak keras kampusnya gabung  dengan pemerintah. Alasannya dia mendirikan kampus tidak ingin membebani orang lain termasuk pemerintah, ujar Lagaligo. 

        Walau Nuruddin  Syahadat,  tidak terikat  bantuan pemerintah dia masih bisa membuka cabang di luar Sulawesi, beberapa kampus  dibuka diera tahun 1958-1959, yakni  Univeristas Pasundang di Bandung,  Sekolah Tinggi Ilmu  Hukum  di Garut,  Universitas Brawijaya, Universitas Merdeka, Universitas 11 Maret Purwokerto, Universitas Jaya Baya, Universitas Janabadra Yogyakarta, Universitas 17 Agustus Surabaya, ada juga perguruan tinggi di Bali, UNSA memiliki cabang di Dewan Kesenian Jakarta dan bahkan pernah ada Universitas  Nuruddin Syahadat di Surabaya dan sangat maju, karena kegiatannya sering melibatkan artis-artis ibu kota.

        “Perguruan tinggi tersebut dulunya  adalah cabang dari UNSA Makassar.  Saat itu belum ada menyamai, karena  baru satu-satunya  perguruan tinggi yang ada ada, ”jelas Lagaligo seraya menambahkan, setelah  terpecah  ketika  keluar peraturan menteri pendidikan dan kebudayaan melarang perguruan tinggi membuka cabang. Disinilah awalnya UNSA dan cabang-cabangnya di Jawa  tidak lagi  terikat  karena masing-masing  sudah  mandiri. 

         Lagaligo Nuruddin Syahadat, baru serius mengurusi kampus setelah ayahandanya Prod Dr HC Nuruddin Syahadat meninggal dunia. Sebelumnya, dia banyak disibukkan pada dunia jurnalis. Bebeberapa media pernah ditempati bekerja,  seperti Harian Tegas,  Semangat Baru, Mimbar Karya, Gema,  sampai Warta HIPMI.

          Ayahnya pernah berpesan, kalau mau sukses berhasil,  maka jadilah wartawan. Dia mengambil contoh Adam Malik mantan wartawan, tidak lulus perguruan tinggi namun jadi wakil presiden. “Inilah juga memotivasi saya hingga dulu memilih profesi wartawan selama puluhan tahun,” tandas Lagaligo. (ulla-yahya-ahdan)   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar