Minimnya dosen menulis buku, khususnya
bahan ajar/teks/daras, disebabkan oleh banyak faktor. Tetapi yang paling
dominan oleh karena lemahnya tradisi menulis di kalangan dosen.
Fakta ini tentu sangat memprihatinkan oleh karena dari kalangan
inilah—dosen dan kampus—produk ilmu pengetahuan (peradaban) harusnya
dilahirkan. Demikian ditegaskan. Direktur Kelompok Penerbit Ombak Yogyakarta.
M.Nursa.
Oleh karena itu, perlu ditumbuhkan tradisi menulis di kalangan dosen,
termasuk penguasaan penulisan dalam bahasa Indonesia sesuai dengan EYD. Secara
stuktural, solusi atas fakta ini sudah diatasi dengan berbagai kebijakan dari
DIKTI dengan bantuan dana penelitian dan penerbitan buku ajar/teks, tandas pria
kelahiran Jeneponto Sulsel ini.
Kebijakan ini harus diteruskan ke tingkat universitas, fakultas dan
program studi/jurusan untuk menumbuhkan tradisi menulis. Terakhir, para dosen
harus mempunyai kesadaran diri bahwa menulis buku merupakan bentuk
pertanggungjawaban intelektual dan sosial atas hakikat kediriannya sebagai
dosen.
Kelompok Penerbit Ombak (KPO), lahir dari
rahim Komunitas Ombak pada 8 Februari 2002. Didirikan oleh sekelompok anak muda
Indonesia di Yogyakarta yang konsen pada masalah-masalah intelektual. Pada awal
berdirinya—oleh karena kondisi yang ada—Komunitas Ombak intens melakukan kajian
dari berbagai tema yang berkembang saat itu. Kajian ini adalah bagian dari
divisi penelitian dan pengembangan.
Tepatnya 10 Juni 2002, buku pertama Komunitas
Ombak terbit. Sejak saat itu, menyusul terbitan buku bertema sejarah,
pemikiran, kebudayaan, sastra dan humaniora dalam pengertian luas.
(yahya-wahab)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar