Masa jabatan Kordinator
Kopertis Wilayah IX Sulawesi, Prof.Dr.H.Muhammad Basri Wello, MA berakhir pada
2012. Calon pengganti pejabat baru definitif belum ada, sehingga Direktur Pendidik dan
Tenaga Kependidikan Ditjen Dikti Kemdiknas RI, Prof Dr Supriadi Rustad MS,
ditunjuk menjadi pelaksana tugas..
Serah terima jabatan dilakukan di
kantor Kopertis Wilayah IX Sulawesi, Makassar, Kamis, 25 Januari 2013. Acara
serah terima dihadiri Sespel Kopertis Wilayah IX Sulawesi Dr Ibrahim Saman MM,
dan sejumlah pimpinan perguruan tinggi
Usai pelantikan, Supriadi Rustad
menegaskan, ratusan dosen di lingkungan
Kopertis Wilayah Sulawesi, terancam “turun kasta” menjadi staf biasa di
perguruan tinggi masing-masing atau dipensiunkan, karena mereka masih berijazah
sarjana (S1).
UU Guru dan Dosen, pasal 46, ayat 2,
mensyaratkan dosen harus memiliki kualifikasi akademik minimum lulusan program
magister (S2) yang diperoleh melalui pendidikan tinggi program pascasarjana
yang terakreditasi sesuai dengan bidang keahlian.
“Di Kopertis Wilayah IX Sulawesi , masih ada sekitar 30 persen dosen yang belum
S2 (dari total sekitar 1.500 dosen yang terdaftar. Sebagian besar dosen yang masih berijazah S1
itu tersebar di berbagai PTS se-Sulawesi.
Guru Besar
Supriadi juga mengungkapkan, bahwa jumlah calon Guru Besar yang sudah masuk
berkasnya pada Ditjen Dikti Kemdikbud RI mencapai ratusan orang, tetapi banyak di antara mereka dikembalikan
berkasnya , karena tidak memenuhi syarat atau melakukan pelanggaran.
Setiap
bulan ada sekitar 20-30 berkas pengajuan calon guru besar, tetapi hanya sekitar
30 persen yang lolos dan memenuhi syarat, sedangkan 70 persen tidak lolos
sehingga syarat harus dikembalikan.
Supriadi
mengungkapkan, banyaknya calon guru besar tidak lolos seleksi oleh Ditjen
Dikti, terutama karena alasan pelanggaran etika dan profesionalisme, seperti
pemalsuan dokumen karya ilmiah.
“Intinya
adalah kejujuran. Kalau mau jadi Guru Besar, jangan macam-macamlah. Boleh
mengutip pendapat orang lain, tetapi disebutkan sumbernya. Lalu gabung dengan
pendapat orang lain lagi. Setelah itu, lakukanlah analisa. Hasil analisa itulah
karya Anda,” tuturnya.
Ke
depan, katanya, Kopertis Wilayah IX Sulawesi harus menata penilaian calon Guru
Besar dengan membentuk tim yang terdiri atas para Guru Besar dan mereka
dilengkapi alat canggih untuk menyeleksi karya-karya ilmiah para calon Guru
Besar.
“Jadi
nggak boleh lagi, setiap ada berkas calon Guru Besar langsung dikirim ke Dikti.
Ya, diseleksi dulu, sehingga pekerjaan Dikti menjadi lebih ringan,” kata
Supriadi.
Fisika Bumi
Supriadi Rustad , lahir di Blitar 4 Januari 1960. Baik
pendidikan doktoral maupun magister di bidang Fisika Bumi ditempuh di Institut Teknologi Bandung (ITB).
Adapun pendidikan S1 pada bidang pendidikan fisika ditempuh di Universitas
Negeri Semarang. Sejak 2010 ia mendapat tugas tambahan sebagai Direktur
Pendidik dan Tenaga Kependidikan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Dirjen
Dikti) setelah sebelumnya juga bertugas sebagai Pembantu Rektor Bidang Akademik
Unnes.
Di
bidang Fisikan Bumi sejumlah penelitian telah dilakukan Prof. Supriadi, antara
lain Active methods of monitoring volcanic activities at Merapi Using
Controlled-Source Audiomagnetotellurics (CSAMT) (2000), The Application of
Electromagnetic Technology and Numerical Simulation For Volcanic Energy
Development (1998), Theorethical Model of Resistivity of Rocks (1998), dan
Elektromagnetic Induction By A Long Horizontal Electric Dipol oleh Sumber
Dipole Listrik 3-D untuk Interpretasi Data CSAMT : Studi Kasus Gunung Merapi
Jawa (1999).
Adapun
di bidang pengembangan pendidikan, risetnya antara lain Paket Program Pembelajaran
Mandiri (Self Regulated Learning) Berorientasi pada Virtual Reality untuk
Meningkatkan Pemahaman Konsep Energi secara Utuhbagi mahasiswa Fisika FMIPA
Unnes (2004), Revitalisasi Praktikum Fisika Dengan Laboratorium Berbasis
Komputer (2002), Analisis Kinerja Akademik Universitas Negeri Semarang (2008),
Model Pengelolaan Guru di Era Otonomi Daerah untuk Meningkatkan Kualitas
Pendidikan (2005), Analisis Prasarana dan Sarana Pendidikan Untuk Sekolah
(2004), dan Pengembangan Sistem Informasi Pendidikan (2009). (asnawin-yahya)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar