Sedikitnya
28 dosen dari berbagai fakultas sedang merampungkan studi S3 di beberapa
kampus pengelola program pascasarjana di Makassar dan Jawa. Mereka ini kelak
menjadi sumber daya dosen berkualitas dalam proses pembelajaran. Demikian ditegaskan
Pembantu Rektor II Universitas Veteran Republik Indonesia (UVRI) Makassar,
Drs.Abd Wahab, M.Si, Minggu 17 Maret 2013.
Para
dosen yang lanjut program doktor itu tandas magister sosiologi PPs-UNHAS ini,
ada yang studi di Universitas Negeri Makassar, Universitas Hasanuddin,
Universitas Brawijaya serta beberapa kampus lainnya. Kebijakan kampus selama
ini, mendorong para dosen tetap yayasan dan Kopertis melanjutkan pendidikan
formal ke jenjang studi S3.
Realitas
kekinian, dosen yang sudah berkualifikasi pendidikan S3 telah mencapai 8 orang,
sedang dosen lainnya semua telah berkualifikasi pendidikan S2, sesuai
tuntutan pada UU Guru dan Dosen, tegas kandidat doktor sosiologi PPs-UNM
ini.
Sumber
daya dosen yang lanjut S3 itu, paling tidak dua atau tiga tahun ke depan akan
segera kembali mengabdi ke kampus. Kehadiran dosen berkualifikasi pendidikan
S3, menjadi salah satu modal dasar untuk segera membuka beberapa prodi
S2.
Para
alumni berjumlah ribuan kini menyebar di seluruh pelosok nusantara terutama di
Kawasan Timur Indonesia, setiap saat menuntut dan mendesak almamaternya untuk
segera membuka program pascasarjana, kata editor Jurnal Sosiologi Dialektika
Kontemporer, Prodi S3 Sosiologi PPs-UNM ini.
Pembukaan
prodi S2 ilmu pendidikan dan kesehatan masyarakat, sedang diurus syarat
administrasinya dalam waktu dekat, surat izin operasional akan segera
diturunkan pihak Dikti Kemendikbud, kemudian pengurusan prodi S2 lainnya akan
segera menyusul, tandas alumni SMA Negeri 277 Sinjai.
Kepercayaan
masyarakat terhadap pengelolaan kampus beberapa tahun terakhir ini
termasuk sangat luar biasa tingginya, dua tahun terakhir ini, fakultas
tehnik pertambangan terpaksa harus menolak mahasiswa. Calon mahasiswa baru yang
mendaftar sekitar 1200 orang, tetapi daya tampung kampus hanya 400 orang,
jadi terpaksa ratusan maba ditolak, ungkap pria kelahiran Tondong Sinjai ini.
Mahasiswa
pertambangan ini peminatnya dominan dari luar Makassar, terutama wilayah
memiliki potensi pertambangan, misalnya dari Kolaka, Luwu Utara, Luwu Timur,
Maluku dan Maluku Utara, Kalimantan serta sampai dari NTB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar