Sabtu, 09 Maret 2013

Prof.Dr.H.Mansyur Ramly, MSi: Bekali Alumni Ijazah dan Sertifikat Profesi



Sosok mantan Rektor Universitas Muslim Indonesia (UMI) Makassar, Prof.Dr.H.Mansyur Ramly, MS membuat sejarah baru di lembaga BAN-PT.  Para asesor berjumlah 15 orang berasal dari kampus PTN ternama di republik ini,  malah sepakat melakukan musyawarah dan mufakat menunjuk mantan Kepala Balitbang Kemendiknas RI ini selaku Ketua BAN-PT periode 2012-2017.

        Para anggota  asesor tersebut yakni ; Prof. Dr. Ir. M. Natsir Nessa, M.S;  Dr. Samuel Dossugi, M.A;  Dwiwahju Sasongko, PhD.; Prof. Dr. Muchamad Syafruddin, M.Si., Akt;  Prof. Dr. Ir. H. Hidayat Syarief, MS.; Prof, Dr. H. Mansyur Ramly, M.B.A.; Dr. Abdurahman Adisaputra, M.Hum;  Prof. Drs. Agus Irianto, M.Sc. PhD.; Prof. dr. Bambang Wirjatmadi, MS, MCN, PhD, SpGK.;  Prof. Dr. Ir. Mansur Ma’shum; Prof.Dr.Ing.Ir.Hairul Abral;  Prof. Dr. Ki Supriyoko, M.Pd; Dr. Fahimah Martak; Prof. Dr. Ir. S.M. Widyastuti, M.Sc dan Prof. Dr. Syamsul Amar, MS

Tidak Terbayangkan
       Menjadi orang nomor satu di BAN-PT bagi dosen dari PTS merupakan sebuah kenyataan  sangat luar biasa. Kurun waktu  panjang jejak perjalanan ketua dari lembaga yang memberi legitimasi akreditasi prodi dan institusi kampus PTS dan PTN ini, semuanya didominasi dari dosen PTN ternama di Pulau Jawa.

        Jabatan Ketua BAN-PT menurut Mansyur, tidak pernah terbayangkan sebelumnya. Ketika berlangsung rapat-rapat untuk menentukan ketua dan unsur pimpinan lainnya, ada figur memiliki pengalaman dan kemampuan yang  sudah teruji.

        Awalnya tandas Mansyur, dirinya sempat kampanyekan sosok tersebut, tetapi dalam proses pemilihan arus dukungan berbalik,  peserta rapat justru malah aklamasi dan sepakat  memilih dirinya selaku orang nomor satu di BAN-PT.

        Amanah tersebut katanya diterima lapang dada dengan harapan seluruh anggota yang memilih juga memberi dukungan dalam menjalankan tugas serta merealisasikan program BAN-PT.
        BAN-PT ke depan ungkap Mansyur diperhadapkan pada tantangan lebih besar. Tuntutan UU Pendidikan, mengharuskan prodi terakreditasi BAN-PT yang dapat  mengeluarkan ijazah dan mewisuda sarjana baru.

        Kondisi riel saat ini masih ada prodi pada PTS/PTN belum terakreditasi serta prodi harus re-akreditasi. Tenaga asesor  dimiliki BAN-PT sekitar  2000 orang, relatif terbatas untuk dapat menjangkau seluruh pelosok wilayah Indonesia.

       Percepatan keterjangkauan pihak BAN-PT akan menempuh kebijakan dengan memperkenalkan teknologi informasi. Pengajuan syarat administrasi akreditasi tidak lagi menggunakan laporan fisik dalam bentuk cetak, tetapi  diarahkan menjadi digital dan serba online. Pemberlakukan kebijakan online pengurusan akreditasi prodi, tentu  membutuhkan kesiapan sumber daya manusia, serta kesiapan  kampus di seluruh Indonesia terkoneksi dengan sistem online pengurusan akreditasi tersebut, tandas Mansyur.

        Penambahan tenaga asesor itu tetap menjadi skala prioritas ungkapnya seraya menambahakan, tetapi semua kembali kepada kesiapan dana dari pemerintah. Para asesor tersebut merupakan dosen-dosen pilihan dari kampus PTN dan PTS yang tidak diragukan lagi kualitasnya.

        Beberapa tahun terakhir ini katanya, sejumlah asesor dengan usia agak lanjut, sehingga menjadi kendala ketika harus ditugaskan jauh di pelosok nusantara dengan sarana transportasi masih menggunakan kendaraan dengan kondisi jalan   tidak mulus.
Terakreditasi 2013

       Target tahun 2013, sebanyak 5000 prodi belum terakreditasi serta re-akreditasi segera akan dirampungkan dengan memaksimalkan sumber daya tenaga asesor yang ada serta tenaga admnistrasi di kantor BAN-PT, tandasnya.

       Wacana berkembang pada Dirjen Dikti Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,RI,  akan memberikan nilai C bagi prodi baru yang diberikan izin operasional. Jika konsep  tersebut diterima, maka kerja BAN-PT mempersiapkan semua prodi tersebut untuk re-akreditasi  guna meningkatkan nilai C menjadi A atau B, ungkapnya.
       Legitimasi akreditasi dari BAN-PT kepada semua prodi di kampus PTN/PTS, seharusnya memberikan output memiliki daya saing dan sumber daya manusia tangguh yang mampu berkompetisi pada pasar kerja.

      Kampus sudah perlu memikirkan semua sarjana yang dicetak dan dipersiapkan masuk di tengah masyarakat, seharusnya diberi dua modal, satu berupa ijazah penyelesaian studi serta satunya lagi sertifikat profesi Kedua surat berharga tersebut diberikan pada saat mahasiswa bersangkutan diwisuda  secara formal di kampus masing-masing.

       Ketika prosesi wisuda penyerahan ijazah dan sertifikat  profesi, pihak kampus harus mengundang kalangan industri atau stakeholder lainnya yang membutuhkan sumber daya manusia.

       Saat prosesi wisudah pimpinan kampus ,mengumumkan kepasa undangan yang hadir tadi, kalau para wisudan baru itu sudah siap pakai dengan meraih dua kertas berharga tersebut menjadi modalnya, tandasnya. (yahya-ahdan)
     
    
      
  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar