Rabu, 22 Mei 2013

Peserta Seminar Menyepakati Hari Jadi Sinjai 27 Pebruari 1564


 Aula pertemuan Hotel Hawai Sinjai, selama dua. hari, Jum'at dan Sabtu (2- 3/9- 1994) padat dan ramai dengan riuh rendah, dialog panjang, adu argumentasi pada seminar "Menelusuri Hari Jadi Sinjai Menyongsong Masa Depan Lebih Cerah'. Peserta berjumlah 400 orang berasal dari tokoh masyarakat, pemuka agama, ormas, orpol, Himas Jakarta, Himas KMUP dan Jakarta, tenaga edukatif, anggota DPRD Sinjai beserta unsur Pemda Sinjai.


Seminar yang baru pertama kali dilaksanakan mendapat respon positif dari hampir semua lapisan masyarakat, entah yang menetap di daerah maupun bagi mereka yang sedang berada di luar. Jalannya seminar kelihatan semarak dan seru. Peserta yang datang dari luar daerah, sisi lain menjadi ajang pertemuan nostalgia setelah sekian puluh tahun meninggalkan daerah.

Kedatangan di daerah asal secara langsung memberi konstribusi pemikiran. Guna membangun dan melakukan percepatan peningkatan kesejahteraan hidup masyarakat. Nara sumber dalam seminar  berasal dari pakar dan pelaku sejarah, sehingga dalam penentuan hari jadi dalam seminar  memadukan antara fakta sejarah yang ditelusuri di perpustakaan dalam dan luar negeri,serta berbagai mitos yang, masih beredar di tengah masyarakat Sinjai.

Pembawa makalah inti adalah Prof Dr Abu Hamid (Hari Jadi Sinjai Sinjai Kapan dan Mengapa), Dr. Edward L Palinggomeng (Hari Jadi Sinjai Berdasarkan Sumber -Sumber Kolonial), Drs HA Mappanyompa (Hari Jadi Sinjai Berdasarkan Perundan-Undangan), Prof Dr Mattulada berhalangan hadir tetapi tetap mengirimkan makalah dengan judul (Hari Jadi Sinjai Berdasarkan Perkembangan, Kerajaan-Kerajaan di Sulawesi Selatan)
Mengisi ketidakhadiran Mattulada, Andi Moein MG seorang wartawan senior menggantikannya dengan membawa makalah (Sekilas Lintas Data-Data Autentik Keberadaan Sinjai Sebagai Wilayah Kabupaten Dalam Menelusuri Hari
Jadinya) jadwal seminar berlagsung cukup ketat, seusai pembukaan Jumat malam dilanjutkan pernaparan makalah menarnpilkan pembicara Andi Rarniar, bagenda, SH (HIMAS Jakarta), Dra Ny Rabiahtun Idris, MS (HIMAS Ujungpandang) pembanding (Basoman Nur, Andi Moein MG,  Drs Nurdin Albert), dengan pemandu Drs HM Idris Arief, MS.

Hari kedua dibagi dalam 4 babakan, pertama membahas makalah Drs HA Mappanyompa, Andi Moein, MG, Dr Edward L Polinggomeng serta  Prof Dr Abu Hamid. Suasana selama berlangsung seminar ditandai adu argumentasi antara pembawa makalah dan peserta. Ide dan pemikiran yang dikembangkan selama berlangsungnya seminar kemudian dirangkum dan dijadikan kesepakatan menentukan, tanggal, bulan dan tahun kelahiran Sinjai.

Penentuan kelahiran itu melewati proses panjang, adu argumentasi antara epmbawa makalah dan peserta seminar. Ide yang masuk mengusulkan hari jadi Sinjai diambil dari awal turunnya Tomanurung sekitar abad XIV. Pokok pikiran itu, sebagian peserta menolak dengan alasan, Tomanurung sulit dipastikan kapan tanggal dan bulan kedatangannya.

Ada pula mengusulkan hari jadi Sinjai didasarkan pada awal berdirinya salah satu kerajaan yang berkembang (Tondong. Bulo-Bulo dan Lamatti) yang mewakili seluruh negeri, karena memiliki latar belakang yang sama.

Selain itu ada pula mengusulkan peristiwa tanggal 29 Pebruari 1636, berupa tindakan pembunuhan terhadap orang Belanda, yang membujuk Kerajaan Bulo­Bulo melakukan perlawanan ke kerajaan Gowa, menjadi salah satu alternatif ban jadi. Dengan alasan peristiwa itu merupakanungkapan perasaan masyarakat Sinjai  yang tidak bersedia melakukan kompromi dengan kolonialis.

Peserta seminar yang beragam latar belakang, sehingga ide dan pokok pikiran yang masuk juga cukup beragam . Perjanjian Caleppa antara Kerajaan Gowa dan Bone 1565 ada pula yang mengusulkan menjadi tahun kelahiran Sinjai dengan alasan mulai tahun itu daerah Sinjai diperlakukan ‘’Palili Passiajingeng’’ Selain perjanjian Caleppa, Perjanjian Topekkong berupa kesepakatan membentuk federasl tiga kerajaan (Tondong, Bulo-Bulo dan lamatti) kemudian bernama Kerajaan Tellu LimpoE, pada Pebruari 1564 diusulkan Hari Jadi Sinjai. Dengan alasan perjanjian tersebut merupakan statemen politik ketiga kerajaan menjalin persatuan dan kesatuan guna menghadapi musuh dari luar.  

Perjanjian tersebut mampu rmeIanggengkan ketiga kerajaan eksis, berdaulat dan menjalankan fungsi dan peran politik nya, Sampai kemudian negeri ini mengalami perubahan sistim politik dan pemerintahan.

Pembentukan dasawati Sinjai 20 Oktober 1959 dan pelantikan BKDH Tk II Sinjai yang pertama 27 Pebruari 1960. Diusulkan menjadi hari jadi dengan alasan kedua peristiwa itu merupakan awal pertama. Sinjai diakui secara sah di republik ini sebagai suatu kabupaten.

Namun dalam dialog dan adu argumentasi dominan peserta kurang setuju karna  jika didasari pada salah satu peristiwa itu akan lebih merepotkan. Sebab sejumlah tingkat II kemungkinan merniliki hari jadi yang sama.

Sehingga ada peserta agak sinis mengatakanalmjika kemudian hari jadi disepakati bertepatan pelantikan BKDH I Sinjai itu berarti seminar tidak perlu dilaksanakan cukup mencopot tanggal, bulan dan tahun peristiwa pelantikan.

Ide dan pokok pikiran yang beragam tersebut ditampung dan dikumpulkan kemudian dibicarakan. dalam pertemuan khusus tiro perumus yang terdiri dari Prof Dr Abu Hamid, Dr Edward L Polinggomeng, Drs HA Mappanyompa , Drs H.A M Saleh Asapa, Drs Zainuddin Fatbang, Syarifuddin, Drs Ali Samad, Drs Marzuki Ali. Hasil kerja tim perumus menelorkan kesepakatan hari jadi Sinjai "27 Pebruari 1564" didasarkan kesepakatan atau persekutuan Tellu Limpoe di Topekkong mengandung nilai-nilai persatuan dan kesatuan, heroisme, rasa memiliki, rasa kebanggaan, aan, rasa kehormatan dan nilai- nilai luhur membangun hari depan yang lebih cerah sebagai suatu kesatuan wilayah, pemerintah dan rakyat.

Tanggal hari jadi diambil dari pelantikan Andi Abdul Lathief menjadi BKDH Kabupaten Sinjai. Penentuan hari jadi merupakan perpaduan antara peristiwa di zaman kerajaan dengan peristiwa setelah negeri ini merdeka, Perpaduan tersebut bagi peserta seminar diterima dengan balk apalagi ditunjang alasan dan fakta sejarah yang memang dapat d ipertanggungjawabkan.

M. Karim Achmad mantan kakandep Deppen Sinjai salah seorang peserta seminar kepada 'PR' mengatakan, seminar yang barn pertama dilaksanakan, merupakan peristiwa bersejarah menentukan perjalanan masyarakat Sinjai di masa mendatang. Selain itu, tambah Karim Achmad, selama empat kali peraantian BKDH  
Memang baru di periode  HM Roem, direalisasikan seminar hari jadi. Kepedulian bupati sekarang menjadi salah satu indikator adanya upaya menyatukan persepsi dan membangkitkan semangat dan emosi persatuan membangun dan meningkatkan taraf hidup rakyat.

Andi Azikin Soi, salah seorang, tokoh masyarakat Sinjai menilai penentuan hari jadi sangat berarti bagi generasi muda dalam menatap perjalanan hari esok. Wawasan yang luas ditunjang sejarah masa lalu sisi lain menjadi pemotivasi yang secara langsung memberi semangat membangun yang lebih besar. Tim perumus tandas anggota DPRD Sinjai dari Fraksi Karya Pembangunan ini, telah menjalankan tugas dengan baik. Penentuan hari jadi dipadukan antara alasan yuridis formil pelantikan BKDH pertama Sinjai dengan juridis lontara Perjanjian Topekkong.

Rumusan  dan hasil seminar  kata Drs Andi Halintar Latief,  Wakil Ketua I Panitia Pelaksana akan dipertangungjawabkan kepada BKDH TK II Sinjai. Kemudian Bupati selaku eksekutif mengusulkan ke DPRD TK II guna dibahas jika memungkinkan akan diperdakan. (*). Dimuat di Harian Pedoman Rakyal, Jumat 9 September 1994

Tidak ada komentar:

Posting Komentar