Selasa, 31 Mei 2011

Memimpin Wajo Dengan Pendekatan Budaya


Judul : Naharuddin Tinulu, berpijak kepada kearifan lokal
Editor : Moh Yahya Mustafa, dkk
Penerbit : Pustaka Refleksi – 2004
Hal : 117 + IX

Menjadi pemimpin formal di tengah masyarakat yang terus mengalami pergeseran sistem politik membutuhkan taktik dan strategi tersendiri. Pola peternal apalagi feodalistik secara pelan mulai memudar,kemudian memunculkan pemimpin yang relative rasional. Mereka ini dominan berasal dari generasi terbaru yang melewati jenjang pendidikan dan pengalaman karier dan bidang profesi yang digeluti.

Walau tatanan nilai mengalami pergeseran, tetapi nilai – nilai lama tidak begitu saja harus ditinggalkan. Nilai yang tetap langgeng dan mampu melakukan adaptasi dan akulturasi dalam perubahan tetap harus dilestarikan dan diadaptasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Buku ini secara sepintas merekam pola pendekatan budaya yang ditempuh oleh Bupati Wajo Drs. H. Nasaruddin Tinulu priode 1999-2004 dalam memimpin daerah. Pendekatan yang dipilih dalam membangun adalah pola yang lahir dari kearifan budaya Wajo kemudian lebih populer dengan pendekatan 3S, “….apa arti sebuah kesuksesan. Apa arti mersucuar tanpa kearifan yang terpancardari sikap sipakatau, sipalebbi dan sipakainge”. (hal 2)

Filosofi ‘3S yang terus digencarkan bakal hadir manusia Wajo yang sadar akan eksistensi serta melahirkan sosok lebih arif dan bijaksana, karena menyadari akan kekurangannya. Sipakatau juga saling terkait dengan sipakalebbi yang nilai luhur yang saling pengertian,saling menghargai,dan menghormati. Kemudian nilai yang satu lagi sipakainge yakni sikap untuk saling mengingatkan dan saling menunjukkan jalan terbaik.

Sekiranya ketiga filosofi dasar manusia Sulsel tersebut betul – betul diamalkan dalam seluruh aktifitas kehidupan, maka konflik, intrik dan perpecahan yang melebar kemungkinan akan dengan mudah dieliminasi. Sebaliknya ketika mulai dilupakan dan ditinggalkan nili luhur tersebut, menjadi salah satu penyebab terjadinya intrik dan konflik yang kemudian membawa dampak jauh pada harmoni kehidupan.

Buku setebal 177 halaman ini merupakan semacam rekaman perjalanan karier mantan Sekwida Polmas 1982-1991 selaku buku bupati Wajo. Sejumlah program sempat direalisasikan kemudian menjadi semcam kenangan bagi orang Wajo dalam kurun waktu lima tahun menjadi bupati

Hasil kerja yang sempat menjadi kenangan termasuk di antaranya membangu terminal Callacu, tanam bakau sepanjang pantai, menebar sejuta ikan di Danau Tempe melakukan penataan Kota Sengkang dan masih banyak lagi.

Garis pantai sepanjang 103 KM mengalami kerusakan sangat parah terletak di Takakkala, Sajoanging, Keera, Bola dan Pitumpauna. Langkah penyelamatan dilakukan dengan membangun kesadaran kepada seluruh komponen rakyat guna melakukan penyelematan lingkungan. Hal (27)

Buku tipis ini cocok untukmenjadi rujukan guna mengetahui dan memahami lebih dekat potensi sumber daya alam dan manusia yang dimiliki Wajo. Isi buku ini kemudian dapat menjadi acuan dan rujukan bagi pihak- pihak yang memiliki kepentingan dan keperluan di wilayah ini termasuk bagi kalangan investor,

Buku ini merupakan yang kedua di terbitkan oleh Pustaka Refleksi setelah sebelumnya menerbitkan buku lain berjudul “ Wajo Merajut Masa Depan” kehadiran buku-buku saku tersebut akan menambah daftar rujukan dan refrensi ketika membutuhkan informasi soal Wajo. (ria s. novianti). Termuat di Harian Pedoman Rakyat Makassar, 21 November 2004

Tidak ada komentar:

Posting Komentar