Senin, 22 April 2013

Prof.Dr.Andi Agustang, M.Si : Lembaga Pendidikan Kesehatan Terseret Logika Kapitalisme

 

Lembaga pendidikan kesehatan terseret oleh logika kapitalisme,  sehingga banyak ditemui institusi  demikian  hanya mementingkan ukuran kuantitas pada jumlah mahasiswa,  dibanding  kualitas alumni atau luaran. 
 
        Selain keterpengaruhan  arus kapitalisme yang sulit dibendung, model penyelenggaraan pendidikan kesehatanpun nampaknya masih menganut aliran konservatif bersifat konvensional,  sehingga produk yang dihasilkan hanyalah menjadi manusia-manusia instrumentalis. 

       Demikian ditegaskan Ketua Prodi S3 Sosiologi Program Pascasarjana Universitas Negeri Makassar (UNM, Prof.Dr.Andi Agustang, M.Si, saat membawakan orasi ilmiah berjudul ‘’ Paradigma Pendidikan Kesehatan’’ pada Wisuda Sarjana dan Profesi Ners 2013 STIKES Nani Hasanuddin, Sabtu 20 April 2013 di Hotel Clarion Makassar.  

       Dunia pendidikan lebih didominasi kepentingan ekonomi dan politik. Pendidikan di era saat ini, tidak lebih sekedar mencetak manusia materialistic berorientasi pada produksi dab konsumsi belaka. Hal demikian diperparah kebijakan memarjinalkan peran agama dan etika, maka lahirlah generasi rapuh yang jauh dari norma kemanusian, tandas Guru Besar Sosiologi Antropologi UNM ini. 

       Kecenderungan institusi pendidikan kesehatan memasuki cengkeraman hegemoni konsep pendidikan ala barat, kemudian mencibirkan konsep dan ajaran lokal. Realitas demikian jadi penciri, institusi kesehatan di Indonesia telah kehilangan orientasi,  karena gagal memelihara nilai yang mengakar pada masyarakat, tandas Ketua Dewan Editor Jurnal Dialektika Kontemporer S3 PPs-UNM ini.

      Bahkan menjadi sebuah ironi, tandas anggota Dewan Pakar Pengurus Wilayah Kerukunan Keluarga Masyarakat Bone (KKMB) Wilayah Sulsel ini, manakala institusi pendidikan kesehatan ramai-ramai menggunakan standar internasional dalam penyelenggaraan akademiknya dan mengganggap nilai lokal hanyalah merupakan simbol ketinggalan zaman.

     Materialisasi pendidikan kesehatan mulai menggejala dan menggeser ideologi pendidikan mengarah pada ideologi materialism kapitalis. Kurikulum disusun dan diorientasikan untuk mampu mendapatkan pekerjaan dibungkus baju modernitas. Konsikuensinya untuk menikmatinya diperlukan biaya lebih besar, ungkap alumni S3 Sosiologi Antropologi PPs Universitas Padjajaran Bandung ini. 


Lembaga pendidikan kesehatan terseret oleh logika kapitalisme,  sehingga banyak ditemui institusi  demikian  hanya mementingkan ukuran kuantitas pada jumlah mahasiswa,  dibanding  kualitas alumni atau luaran. 

        Selain keterpengaruhan  arus kapitalisme yang sulit dibendung, model penyelenggaraan pendidikan kesehatanpun nampaknya masih menganut aliran konservatif bersifat konvensional,  sehingga produk yang dihasilkan hanyalah menjadi manusia-manusia instrumentalis. 

       Demikian ditegaskan Ketua Prodi S3 Sosiologi Program Pascasarjana Universitas Negeri Makassar (UNM, Prof.Dr.Andi Agustang, M.Si, saat membawakan orasi ilmiah berjudul ‘’ Paradigma Pendidikan Kesehatan’’ pada Wisuda Sarjana dan Profesi Ners 2013 STIKES Nani Hasanuddin, Sabtu 20 April 2013 di Hotel Clarion Makassar.  

       Dunia pendidikan lebih didominasi kepentingan ekonomi dan politik. Pendidikan di era saat ini, tidak lebih sekedar mencetak manusia materialistic berorientasi pada produksi dab konsumsi belaka. Hal demikian diperparah kebijakan memarjinalkan peran agama dan etika, maka lahirlah generasi rapuh yang jauh dari norma kemanusian, tandas Guru Besar Sosiologi Antropologi UNM ini. 

       Kecenderungan institusi pendidikan kesehatan memasuki cengkeraman hegemoni konsep pendidikan ala barat, kemudian mencibirkan konsep dan ajaran lokal. Realitas demikian jadi penciri, institusi kesehatan di Indonesia telah kehilangan orientasi,  karena gagal memelihara nilai yang mengakar pada masyarakat, tandas Ketua Dewan Editor Jurnal Dialektika Kontemporer S3 PPs-UNM ini.

      Bahkan menjadi sebuah ironi, tandas anggota Dewan Pakar Pengurus Wilayah Kerukunan Keluarga Masyarakat Bone (KKMB) Wilayah Sulsel ini, manakala institusi pendidikan kesehatan ramai-ramai menggunakan standar internasional dalam penyelenggaraan akademiknya dan mengganggap nilai lokal hanyalah merupakan simbol ketinggalan zaman.

     Materialisasi pendidikan kesehatan mulai menggejala dan menggeser ideologi pendidikan mengarah pada ideologi materialism kapitalis. Kurikulum disusun dan diorientasikan untuk mampu mendapatkan pekerjaan dibungkus baju modernitas. Konsikuensinya untuk menikmatinya diperlukan biaya lebih besar, ungkap alumni S3 Sosiologi Antropologi PPs Universitas Padjajaran Bandung ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar