Prosesi
hari wisuda, menjadi penantian panjang
bagi mahasiswa. Hari itu menjadi akhir
dan ujung dari semua proses perkuliahan di kampus. Selama proses perkuliahan
tentu cukup banyak juga cerita dan berita terlewati.
Cerita
tersebut bisa saja menyenangkan atau malah menjengkelkan. Realitas demikian
boleh jadi datangnya dari perilaku dosen killer, dosen malas mengajar, atau pihak kampus terkadang terlalu birokrat
dan berbagai macam cerita lainnya.
Jika kemudian tiba hari wisuda, maka semua cerita dan berita
menyenangkan dan menyedihkan itu, menjadi sebuah kenangan masa lalu. Sang
mahasiswa dengan gelar akademik yang disandang kembali, akan merumuskan masa depan dengan memilih
profesi layak untuk dijalani sekaligus
mengabdikan diri dan ilmunya.
Pilihan pada profesi tentu tidak terlepas dari pengetahuan dan
keterampilan didapatkan selama dalam proses pembelajaran di kampus. Khusus
jenjang S1 reguler seorang mahasiswa, prosesi wisuda baru dapat diikuti setelah
menjalani proses pembelajaran paling sedikit,
3 tahun 8 bulan, sesuai regulasi berlaku selama ini.
Rentang waktu demikian harus dijalani bagi mereka yang ikut dalam studi
S1 reguler. Jika kemudian di tengah masyarakat ada sarjana S1 tidak mencukupi
waktu yang dijalani itu, maka statusnya perlu dan patut dipertanyakan.
Sangat boleh jadi kalau masih ada ditemukan di tengah masyarakat,
seseorang menggunakan gelar, tetapi proses perkuliahan tidak sampai dari 3
tahun 8 bulan, maka gelar dipakai itu,
mungkin saja masuk dalam jajaran sarjana STIA (Sekolah Tidak Ijazah Ada).
Barisan pengguna sarjana STIA itulah
kemudian merusak dan menodai proses pendidikan tinggi di tengah
masyarakat. Perilaku serba instan dan jalan pintas, rupanya masih tetap menjadi
hal dianggap lumrah di tengah masyarakat kita.
Penelusuran pengguna sarjana STIA, hampir setiap tahun dapat ditemukan dan
didengarkan cerita dan beritanya. Penerimaan CPNS secara serentak di instansi
pemerintah, pasti selalu menyisahkan cerita pilu dan tragedi dalam dunia
pendidikan. Pihak panitia penerimaan CPNS selalu menemukan ijazah-ijazah palsu
dari beberapa kampus.
Musim
wisuda pada beberapa kampus PTS, terlihat begitu ramai dengan hiruk pikuk
keluarga dan handai tolan dari sarjana memadati ruang wisuda dan sampai meluber
di luar ruanga.
Wisudawan yang menjalani proses perkuliahan secara baik dan benar, tentu
membuat orang tua mereka merasa senang dan bahagia, karena telah mengantar anak-anak mereka ke
pintu gerbang masa depannya.
Pendidikan anak-anak bagi orang tua adalah modal utama dan warisan masa
depan yang tak akan habisnya. Kenyataan itu, sehingga para mahasiswa harus
betul-betul juga harusnya menjalani pendidikan pada jalan yang benar.
Pengelola pendidikan sepatutnya dan sepantasnya, menghadirkan proses
pendidikan yang menjadikan mahasiswa setelah diwisuda memiliki keterampilan dan
pengetahuan yang menjadi modal utama dalam menjawab tantangan zamannya. ***(Editorial Majalah CERDAS Kopertis IX edisi Nopember 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar