Puncak
dinamika politik lima tahun terakhir di republik ini adalah Pemilu 2014. Tahun politik itu
menyimpan harapan dan impian banyak orang, termasuk menguji kemampuan strategi
dan taktik partai untuk memenangkan pertarungan politik dalam pemilihan presiden
serta anggota parlemen.
Popularitas partai sangat ditentukan oleh perolehan dukungan suara dalam
pemilu. Kerja-kerja politik selama lima tahun akan teruji dalam Pemilu 2014.
Indikator keberhasilan sosialisasi dan rekruitmen partai akan terjawab dari
seberap besar suara rakyat yang memberi dukungan dan terbaca dari perolehan
jumlah kursi pada semua tingkat parlemen.
Realitas politik di Sulsel, PDIP diperhadapkan pada situasi pasang dan
surut dari pemilu ke pemilu. Pemilu pertama reformasi PDIP berada dalam
euphoria politik sejalan transisi kekuasan dari Orde Baru ke Reformasi.
Implikasi dari partai teraniaya selama rezim Orde Baru, menempatkan partai
berhasil meraih 6 kursi di parlemen pada Pemilu 1999. Pemilu 2004 kembali
bertambah menjadi 7 kursi dan merupakan salah satu fraksi utuh di DPRD Sulsel.
Pemilu ketiga reformasi 2009, partai mengalami masa surut, karena hanya
mampu menempatkan 3 kursi di parlemen Sulsel. Kenyataan politik demikian
menjadi bahan diskusi selama lima tahun terakhir di kepengurusan partai.
Pengalaman masa surut itu tentu tidak boleh terulang lagi, sehingga
harus bangkit minimal mengulang masa kejayaan perolehan suara. Seluruh kader
dan simpatisan PDIP harus bekerja keras dan disertasi taktik politik yang
strategis. PDIP Sulsel Ewako.
Tagline
PDIP Sulsel Ewako, dalam falsafah
kearifan orang Bugis, merupakan bentuk jati diri lelaki Bugis untuk maju
pantang mundur, jika sesuatu telah diyakini berada di jalan yang lurus dan
benar.
Falsafah penuh kearifan itu, sebenarnya memberi semangat dan mendorong
motivasi agar kader dan simpatisan partai menjadi sosok petarung politik yang
selalu tampil di panggung politik dan senantiasa memenangkan pertarungan
politik.
Pertarungan politik 2014 akan diuji kemampuan semangat dan jiwa petarung
para kader PDIP, terutama kader yang masuk calon legislatif. Insting politik
seorang petarung akan diuji coba dalam Pemilu 2014 , mampukah meraih dukungan
siginifkan, atau hanya sekedar cerita kosong.
Jalan panjang menuju parlemen tidak segampang membalikkan tangan, tetapi
butuh ketepatan strategi, proses komunikasi politik yang handal serta modal
sosial dan jaringan sosial juga harus kuat dan tajam.
Kader yang tidak bekerja keras dan tidak membangun jaringan dan modal
sosial sejak dari awal, maka hampir pasti kader bersangkutan pasti hanya akan
menjadi belo-belo (asesoris politik),
namanya sekadar dicantumkan dalam urutan nomor urut, tetapi tidak mampu meraup
dan mendapat dukungan riel dari masyarakat di sekitarnya.
Waktu belum terlambat untuk mengencangkan jaringan dan modal sosial itu,
agar simpati politik masyarakat semakin kuat. Jika kerja politik lebih maksimal
dilakukan ditambah perilaku elite partai yang memihak dan senantiasa
memperjuangkan rakyat, maka peluang PDIP menjadi peraih suara mayoritas boleh
saja akan tercapai. Sekali lagi …. Ewako
PDI Perjuangan Sulsel. ***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar