Perjalanan hidup bagi elite PDI Perjuangan
Sulsel, Husain Djunaid, SH, MH, termasuk cukup berliku. Usai merampungkan studi
ilmu hukum UMI Makassar, pulang di tanah leluhurnya menjalani profesi sebagai wartawan
Harian Fajar.
Profesi wartawan dijalani cukup lama, sehingga mantan calon bupati
Soppeng ini, memberi banyak ruang dan kesempatan berkenalan dengan berbagai
kalangan lapisan masyarakat Soppeng.
Setiap saat dia banyak melakukan interaksi dengan elite Soppeng dari
kalangan eksekutif, legislatif dan yudikatif. Selain itu dia juga banyak
bersentuhan dengan elite non formal dari keluarga Datu Soppeg dan tokoh
masyarakat lainnya.
Transisi rezim dari Orde Baru ke Reformasi, Uceng panggilan akrabnya
menjadi saksi sejarah dari peralihan keluasaan itu. Ketika terbuka peluang
seluruh rakyat menjadi anggota partai politik, dia langsung menjadi
fungsionaris PDI Perjuangan bersama dengan anak-ana muda yang memiliki ide dan
pemikiran yang sama.
Pemilu
pertama era reformasi 1999, ikut bertarung bersama dengan elite lainnya dari
parpol peserta Pemilu 1999. Keberuntungan politik berpihak pada dirinya
sehingga dia lolos dan duduk di DPRD Soppeng serta menjadi legislator termuda di zamannya.
Kerja politik kemudian dijalani di DPRD
Soppeng, profesi wartawan ditinggalkan
untuk fokus selaku legislator. Pengalaman wartawan rupanya memberi terlalu
banyak pelajaran soal interaksi dan
komunikasi politik dengan semua lapisan masyarakat.
Pemilu 2004 dia bertarung maju di DPRD Sulsel, kembali nasib baik
berpihak pada dirinya. Dia lolos masuk menjadi wakil rakyat PDI Perjuangan dari
dapil Bone Soppeng Wajo. Dia masuk menjadi elite baru Sulsel, berkat kemampuan
dan kejelian selaku petarung di pusaran elite.
Panggung politik yang dijalani semakin lebar, tidak lagi selebar
Soppeng. Pengalaman politik dan dunia jurnalis menurut magister hukum PPs-UMI
Makassar, memberi banyak modal dan kekuatan untuk berinteraksi sesama elite
yang berasal dari seluruh pelosok Sulsel.
Pileg 2014, mantan Ketua DPC PDI Soppeng ini ikut bertarung pada Dapil 1
Sulsel dengan wilayah meliputi beberapa kecamatan di Kota Makassar. Keberanian
maju bertarung di jantung Kota Metropolitan Makassar, karena insting politiknya
menyatakan, modal sosial yang sudah terbangun dengan berbagai lapisan dan
komunitas di tengah masyarakat, relatif semakin kuat untuk memberikan dukungan
politik pada pileg.
Pada momentum politik 2014, nyali
politk selaku petarung di pusaran elite kembali akan teruji, apakah mampu
memenangkan pertarungan itu sehingga mengantar dirinya kembali duduk selaku
legislator DPRD Sulsel atau sebaliknya, semua terpulang kepada perjalanan waktu
dan sejarah untuk menjawabnya. (yahya-ulla-tika)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar