Aula pertemuan Hotel
Hawai Sinjai, selama dua. hari, Jum'at dan Sabtu (2- 3/9-
1994) padat dan ramai dengan riuh rendah, dialog
panjang, adu argumentasi pada seminar "Menelusuri Hari Jadi Sinjai
Menyongsong Masa Depan Lebih Cerah'. Peserta berjumlah 400 orang berasal
dari tokoh masyarakat, pemuka agama, ormas, orpol, Himas Jakarta, Himas KMUP
dan Jakarta, tenaga edukatif, anggota DPRD Sinjai beserta unsur Pemda
Sinjai.
Seminar yang baru pertama kali dilaksanakan mendapat
respon positif dari hampir semua lapisan masyarakat, entah yang
menetap di daerah maupun bagi mereka yang sedang berada di luar. Jalannya
seminar kelihatan semarak dan seru. Peserta
yang datang dari luar daerah, sisi lain menjadi ajang pertemuan nostalgia
setelah sekian puluh tahun meninggalkan daerah.
Kedatangan di daerah asal secara langsung memberi
konstribusi pemikiran. Guna membangun dan
melakukan percepatan peningkatan kesejahteraan hidup masyarakat.
Nara sumber dalam seminar berasal dari pakar dan pelaku sejarah,
sehingga dalam penentuan hari jadi
dalam seminar memadukan antara fakta
sejarah yang ditelusuri di
perpustakaan dalam dan luar negeri,serta berbagai mitos yang, masih beredar
di tengah masyarakat Sinjai.
Pembawa makalah inti adalah Prof Dr Abu Hamid
(Hari Jadi Sinjai Sinjai Kapan dan
Mengapa), Dr. Edward L Palinggomeng (Hari Jadi Sinjai Berdasarkan Sumber
-Sumber Kolonial), Drs HA Mappanyompa (Hari Jadi Sinjai Berdasarkan Perundan-Undangan), Prof Dr Mattulada berhalangan
hadir tetapi tetap mengirimkan
makalah dengan judul (Hari Jadi Sinjai Berdasarkan Perkembangan,
Kerajaan-Kerajaan di Sulawesi Selatan)
Mengisi ketidakhadiran
Mattulada, Andi Moein MG seorang wartawan senior menggantikannya dengan
membawa makalah (Sekilas Lintas Data-Data Autentik
Keberadaan Sinjai Sebagai Wilayah Kabupaten Dalam Menelusuri Hari
Jadinya) jadwal seminar
berlagsung cukup ketat, seusai pembukaan Jumat malam dilanjutkan pernaparan
makalah menarnpilkan pembicara Andi Rarniar, bagenda, SH (HIMAS Jakarta), Dra Ny Rabiahtun
Idris, MS (HIMAS Ujungpandang) pembanding (Basoman Nur, Andi Moein MG, Drs Nurdin Albert), dengan pemandu Drs
HM Idris Arief, MS.
Hari kedua dibagi dalam
4 babakan, pertama membahas makalah Drs HA Mappanyompa, Andi Moein,
MG, Dr Edward L Polinggomeng serta Prof
Dr Abu Hamid. Suasana selama
berlangsung seminar ditandai adu argumentasi antara
pembawa makalah dan peserta. Ide dan pemikiran yang dikembangkan selama berlangsungnya seminar kemudian dirangkum
dan dijadikan kesepakatan menentukan, tanggal, bulan dan tahun kelahiran
Sinjai.
Penentuan kelahiran itu melewati proses
panjang, adu argumentasi antara epmbawa
makalah dan peserta seminar. Ide yang masuk mengusulkan hari jadi Sinjai diambil dari awal turunnya Tomanurung
sekitar abad XIV. Pokok pikiran itu,
sebagian peserta menolak dengan alasan, Tomanurung sulit dipastikan kapan tanggal
dan bulan kedatangannya.
Ada pula mengusulkan
hari jadi Sinjai didasarkan pada awal berdirinya salah satu kerajaan yang
berkembang (Tondong. Bulo-Bulo dan Lamatti) yang mewakili seluruh negeri, karena memiliki latar
belakang yang sama.
Selain itu ada pula
mengusulkan peristiwa tanggal 29 Pebruari 1636, berupa tindakan pembunuhan
terhadap orang Belanda, yang membujuk Kerajaan BuloBulo melakukan perlawanan ke kerajaan Gowa,
menjadi salah satu alternatif ban jadi.
Dengan alasan peristiwa itu merupakanungkapan perasaan masyarakat Sinjai yang tidak bersedia melakukan kompromi dengan
kolonialis.
Peserta seminar yang
beragam latar belakang, sehingga ide dan pokok pikiran yang masuk juga cukup beragam . Perjanjian
Caleppa antara Kerajaan Gowa dan Bone 1565
ada pula yang mengusulkan menjadi tahun kelahiran Sinjai dengan alasan mulai tahun itu daerah Sinjai diperlakukan ‘’Palili
Passiajingeng’’ Selain perjanjian Caleppa, Perjanjian Topekkong berupa
kesepakatan membentuk federasl tiga kerajaan (Tondong, Bulo-Bulo dan lamatti)
kemudian bernama Kerajaan Tellu LimpoE, pada
Pebruari 1564 diusulkan Hari Jadi Sinjai. Dengan alasan perjanjian tersebut merupakan statemen politik ketiga kerajaan
menjalin persatuan dan kesatuan guna menghadapi musuh dari luar.
Perjanjian tersebut mampu rmeIanggengkan ketiga
kerajaan eksis, berdaulat dan menjalankan fungsi dan peran politik nya, Sampai kemudian negeri ini
mengalami perubahan sistim politik dan pemerintahan.
Pembentukan dasawati
Sinjai 20 Oktober 1959 dan pelantikan BKDH Tk II Sinjai yang pertama 27
Pebruari 1960. Diusulkan menjadi hari jadi dengan alasan kedua peristiwa itu merupakan
awal pertama. Sinjai diakui secara sah di republik ini sebagai suatu kabupaten.
Namun dalam dialog dan
adu argumentasi dominan peserta kurang setuju karna jika didasari pada salah satu peristiwa itu
akan lebih merepotkan. Sebab sejumlah
tingkat II kemungkinan merniliki hari jadi yang sama.
Sehingga ada peserta
agak sinis mengatakanalmjika kemudian hari jadi disepakati bertepatan pelantikan
BKDH I Sinjai itu berarti seminar tidak perlu dilaksanakan cukup mencopot tanggal, bulan dan tahun
peristiwa pelantikan.
Ide dan pokok pikiran
yang beragam tersebut ditampung dan dikumpulkan kemudian dibicarakan. dalam
pertemuan khusus tiro perumus yang terdiri dari Prof Dr Abu Hamid, Dr
Edward L Polinggomeng, Drs HA Mappanyompa , Drs H.A M Saleh Asapa,
Drs Zainuddin Fatbang, Syarifuddin, Drs
Ali Samad, Drs Marzuki Ali. Hasil kerja tim perumus menelorkan kesepakatan hari jadi Sinjai "27 Pebruari
1564" didasarkan kesepakatan atau persekutuan
Tellu Limpoe di Topekkong mengandung nilai-nilai persatuan dan kesatuan, heroisme, rasa memiliki, rasa
kebanggaan, aan, rasa kehormatan dan nilai- nilai luhur membangun hari depan yang lebih cerah sebagai suatu kesatuan
wilayah, pemerintah dan rakyat.
Tanggal hari jadi
diambil dari pelantikan Andi Abdul Lathief menjadi BKDH Kabupaten Sinjai. Penentuan
hari jadi merupakan perpaduan antara peristiwa di zaman kerajaan dengan
peristiwa setelah negeri ini merdeka, Perpaduan tersebut bagi peserta seminar
diterima dengan balk apalagi ditunjang alasan dan fakta sejarah yang memang
dapat d ipertanggungjawabkan.
M. Karim Achmad mantan
kakandep Deppen Sinjai salah seorang peserta seminar kepada 'PR'
mengatakan, seminar yang barn pertama dilaksanakan, merupakan peristiwa
bersejarah menentukan perjalanan masyarakat Sinjai di masa mendatang. Selain itu, tambah Karim Achmad, selama empat kali
peraantian BKDH
Memang baru di
periode HM Roem, direalisasikan seminar
hari jadi. Kepedulian bupati sekarang menjadi salah satu indikator adanya upaya
menyatukan persepsi dan membangkitkan semangat dan emosi
persatuan membangun dan meningkatkan taraf hidup rakyat.
Andi Azikin Soi, salah
seorang, tokoh masyarakat Sinjai menilai penentuan hari jadi sangat
berarti bagi generasi muda dalam menatap perjalanan hari esok. Wawasan yang luas ditunjang sejarah masa lalu
sisi lain menjadi pemotivasi yang secara langsung memberi semangat membangun
yang lebih besar. Tim perumus tandas anggota DPRD Sinjai dari Fraksi Karya
Pembangunan ini, telah menjalankan tugas dengan baik. Penentuan hari jadi
dipadukan antara alasan yuridis formil pelantikan BKDH pertama Sinjai dengan
juridis lontara Perjanjian Topekkong.
Rumusan dan hasil
seminar kata Drs Andi Halintar Latief, Wakil
Ketua I Panitia Pelaksana akan dipertangungjawabkan kepada BKDH TK II
Sinjai. Kemudian Bupati
selaku eksekutif mengusulkan ke DPRD TK II guna dibahas jika memungkinkan akan
diperdakan. (*). Dimuat di Harian Pedoman
Rakyal, Jumat 9 September 1994
Tidak ada komentar:
Posting Komentar