Rabu, 25 Desember 2013

Daeng Nanjeng: Penjual Kambing Pertama di Jl. Sembilan Makassar



         Warga Makassar  pamiliar dengan nama Jalan Sembilan. Begitu disebut nama jalan ini, orang sudah  bisa langsung menebak, kalau yang dimaksud itu adalah jalan tempat orang  menjual kambing.  Tapi apakah juga mereka mengetahui sejak kapan jalan itu jadi lokasi  tempat menjual kambing, begitupun dengan orang yang pertama kali membuka akses jual beli kambing di lokasi yang tidak jauh dari kampus lama Universitas Hasanuddin  dan Universitas Sawerigading Makassar.

         WARTA Sawerigading melakukan investigasi, rupanya Daeng Nanjeng (57), adalah orang  pertama  menjual kambing tepatnya sekitar tahun 70-an.  Daeng Nanjeng, melanjutkan usaha orang tuanya.  Sebebelumnya menjual  di sekitar Pasar Sentral  Makassar, dekat   Jalan Bulusaraung.

          Ayah dari tujuh anak ini,  bisa dijumpai  di Jl.  Sembilan menunggu pembeli. Dia   tidak berdomisili di lokasi tersebut. Pria kelahiran 1956,  tinggal di Baraya. Kalau menjelang sore, pulang bersama kambing jualan  diamankan ke rumahnya . Keesokan harinya,  kembali dihalau  ke Jalan Sembilan.

          Dia tidak mengetahui, kapan pertama kali menjual kambing. Tapi dia hanya memprakirakan sekitar tahun 70-an. Sekarang ini dia bukan lagi seorang diri, tapi sudah ada penjual lainnya menempati lokasi disekitar Jl Masjid Raya tersebut.

           Setiap hari sebelum kambingnya dipulangkan, lokasi penjualan dibersihkan kotorannya. Dia dibantu  dua orang anak buahnya, salah satu di antaranya adalah Attung (pengembala kambing). Attung membantu, membersihkan sisa kotoran kemudian memberikan makan dan memulangkan ke kandang.

          Attung  masih duduk dibangku sekolah. Setelah pulang sekolah baru  menjadi gembala kambing. Attung tidak mendapatkan gaji tetap dari Daeng Nanjeng, tapi biaya sekolah mereka semua telah ditanggung. 

          Tidak hanya Attung,  pengembala sebelumnya,  juga dibantu uang sekolah.   Ada tiga orang pembantu  sudah tamat SMA. Mereka semua sudah bekerja jadi pelayan di toko . “ Attung dibantu dua orang tenaga kerja yang diambil dari penduduk sekitar. Tugasnya memasukkan kambing ke kandang yang  berkeliaran di luar, memberi makan, serta membersihkan kotoran,”ujar Daeng Nanjeng.

           Makanan kambing tidak terlalu sulit diperoleh,  karena rumput bisa didapat tidak jauh dari lokasi,  ditambah kulit pisang dari  penjual pisang epe  dari  Pantai Losari serta sisa-sisa sayuran dari  Pasar Terong dan Pasar Kalimbu.  (ulla-yahya-ahdan)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar