MINGGU, 30 MEI 2010 | 04:09 WITA
, Tribun - Setelah dua tahun kebijakan konversi minyak tanah ke gas diterapkan di Makassar, tercatat sudah terjadi 21 kasus ledakan gas di Makassar sepanjang 2010 ini. Makassar merupakan wilayah pionir penggunaan kompor dan tabung gas ukuran tiga kilogram (kg) bagi daerah lainnya di Sulsel.
Kasus terakhir terjadi pada 6 Mei 2010 pada rumah warga di Jl Pampang II, Lorong V, RT A/RW IV, Kelurahan Pampang, Kecamatan Panakkukang, Makassar.
Pada kasus ini, dua bocah usia belasan tahun tewas terpanggang. Dua unit rumah dan satu sepeda motor ludes terbakar.
Menanggapi fenomena tersebut, sejumlah akademisi dan pengamat menilai Pertamina harus bertanggungjawab atas kejadian yang timbul dari produk yang dipasarkannya.
Pengamat sosial dari Universitas Sawerigading, Makassar, Mohammad Yahya Mustafa mengatakan, sosialisasi yang minim dari program pemerintah untuk konversi minyak tanah ke penggunaan gas, sangat merugikan mayoritas pengguna tabung gas.
Masyrakat mungkin ada di antaranya baru pertama kali gunakan kompor gas, setelah turun temurun menggunakan kompor minyak tanah.
Akibatnya, lanjut dia, peralihan alat memasak dari kompor minyak tanah ke kompor gas yang kurang maksimal dan mendetail diinformasikan itu, harus menelan korban yang umumnya masyarakat ekonomi lemah.
Sementara itu, Hidayat Nahwi Rasul dari Centre of Information and Communication Studies (CICS) Sulsel menilai, maraknya kasus ledakan tabung gas di Makassar itu disebabkan tiga faktor.
"Lemahnya quality control (pengawasan kualitas) produk yang disalurkan ke masyarakat sasaran, kelembagaan kontrol konsumen juga tidak bekerja secara efektif dan masyarakat pengguna yang awam pengetahuannya terhadap penggunaan gas elpiji merupakan faktor pemicu," katanya.
Untuk mengantisipasi adanya kasus baru lagi, lanjutnya seperti dilansir Antara, maka yang diperlukan adalah sinergitas antara pemasok, Pertamina, lembaga konsumen untuk membicarakan soal mutu produk, pengawasan kualitas, proses distribusi serta sosialisasi penggunaan elpiji melalui media massa secara luas.
Sementara Yahya mengatakan, pihak PT Pertamina Region V selaku operator selain harus memperluas informasi dan sosialiasisasi penggunaan kompor gas itu secara mendetail dan terperinci melalui media massa, juga perlu turun langsung ke tengah masyarakat memberi penyuluhan sekaligus praktek penggunaan kompor gas itu.(fir)
(dikutip dari harian tribun timur makassar, 30 mei 2010)
Selasa, 01 Juni 2010
Hingga Mei, Sudah 21 Ledakan Gas di Makassa
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar