Jumat, 02 Juli 2010

Dr. Roslina Alam, SE, M.S : Konflik Peran serta Kebingungan Perawat dan Bidan Melayani Pasien

Perawat dan bidan adalah suatu profesi yang mengabdi kepada manusia dan kemanusiaan. Profesi perawat dan bidan lebih mendahulukan kepentingan kesehatan individu, keluarga dan masyarakat di atas kepentingannya sendiri. Pelayanan perawat dan bidan yang diberikan berdasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan yang mengintegrasikan sikap, kemampuan intelektual, serta keterampilan teknikal dari perawat dan bidan menjadi keinginan dan kemampuan untuk menolong sesama baik sakit maupun sehat.

Ditemukan bahwa perawat dan bidan terberdayakan tetap mengalami konflik peran, hal ini disebabkan karena kekurangan perawat dan bidan di rumah sakit, terjadi ketidakseimbangan antara jumlah tempat tidur dengan jumlah perawat dan bidan, sehingga wewenang dan tanggung jawab yang lebih besar, misalnya diberikan tugas lebih banyak, bekerja sampingan sebagai asisten dokter dan ada yang membuka praktek di luar jam kerja rumah sakit, dan mengunjungi dan merawat pasien dirumah, terutama perawat yang bertugas didaerah. Begitu banyak harapan-harapan yang dibebankan dan ingin dipenuhi dalam waktu yang bersamaan.

Demikian salah satu simpulan dari disertasi dosen Fakultas Ekonomi UMI Makassar, Dr. Roslina Alam, SE, M.Si berjudul ‘’Pemberdayaan Pengaruhnya terhadap Kelelahan Kerja dan Kecerdasan Emosional Perawat dan Bidan pada Rumah Sakit Rujukan di Sulawesi Selatan. Disertasi tersebut dipertahankan di PPs Universitas Brawijaya Malang 2009.

Penelitian dosen DPK ini dilakukan terhadap perawat dan bidan pada rumah sakit rujukan berbasis regional di Sulawesi Selatan. Terdiri dari tujuh rumah sakit, yaitu di Palopo, Bone, Bulukumba, Parepare dan tiga di antaranya di Makassar, RS Labuang Baji, RS Daya dan RSUP Wahidin Sudirohusoso sebagai rujukan KTI. Fokus penelitian pada pemberdayaan yang dirasakan oleh perawat dan bidan terhadap ambiguitas peran, konflik peran, kelelahan kerja dan kecerdasan emosional.

Simpulan dari disertasi ini, ditemukan bahwa perawat dan bidan terberdayakan tetap mengalami ambiguitas peran hal ini disebabkan ketika perawat dan bidan mempunyai kompetensi yang tinggi maka ada kencendrungan diberikan wewenang dan tanggung jawab yang lebih besar pula. Begitu banyak harapan-harapan yang dibebankan, maka perawat dan bidan dapat mengalami kebingungan/ ambiguitas karena ada keinginan untuk memenuhi harapan tersebut.

Perawat dan bidan terberdayakan tetap mengalami konflik peran, hal ini disebabkan karena kekurangan perawat dan bidan di rumah sakit, terjadi ketidakseimbangan antara jumlah tempat tidur dengan jumlah perawat dan bidan, sehingga wewenang dan tanggung jawab yang lebih besar, misalnya diberikan tugas lebih banyak, bekerja sampingan sebagai asisten dokter dan ada yang membuka praktek di luar jam kerja rumah sakit, dan mengunjungi dan merawat pasien dirumah, terutama perawat yang bertugas didaerah. Begitu banyak harapan-harapan yang dibebankan dan ingin dipenuhi dalam waktu yang bersamaan.

Ambiguitas peran dan konflik peran mendorong peningkatan kelelahan kerja meliputi (kelelahan emosional, depersonalisasi dan penurunan prestasi personal). Kelelahan emosional adalah kondisi emosional dari perawat dan bidan dimana mereka mengalami kekurangan sumber daya dan kekurangan energi, dan pegawai merasa tidak mampu untuk mengerahkan tenaga yang mereka miliki pada level psikologis.

Depersonalisasi ditandai adanya sikap sinis dan kurang empati terhadap klien/ konsumen yang dilayani pegawai. Penurunan prestasi personal adalah kecenderungan untuk memberikan evaluasi negatif terhadap diri sendiri, dan mengalami peningkatan rasa tidak puas mereka terhadap kemajuan mereka dalam pekerjaan.

Perawat seringkali bekerja tidak sesuai dengan deskripsi tugas dan banyaknya harapan yang dibebankan pada mereka misalnya besarnya keinginan memenuhi perintah dokter dan keinginan memenuhi permintaan pelayanan pasien dengan baik menyebabkan ambiguitas peran, kurangnya jumlah perawat dan bidan sehingga sering melakukan kerja rangkap seperti melakukan asuhan perawatan juga melakukan tugas-tugas administrasi atau menjadi operator komputer serta banyaknya harapan yang dibebankan pada pada waktu yang bersamaan menyebabkan konflik peran. Hal ini selanjutnya meningkatkan kelelahan kerja.

Kelelahan kerja tidak meningkatkan kecerdasan emosional yang meliputi kesadaran diri (self awereness) adalah untuk merasakan perasaan dan emosi dalam diri sendiri dan membuat evaluasi secara realistis terhadap kekuatan dan kelemahan diri sendiri, ketangguhan emosional (emotional resilience) yaitu kemampuan untuk bertindak secara konsisten di dalam berbagai situasi yang berbeda dalam keadaan mendapatkan tekanan dan mampu mengadaptasikan perilaku sesuai dengan situasi dan tekanan itu.

Motivasi (motivation) yaitu dorongan dan energi untuk mencapai hasil yang jelas dan menyeimbangkan antara tujuan jangka pendek dan jangka panjang, kepekaan inter personal (interpersonnel sensitifity) yaitu kemampuan untuk menyadari dan memperhitungkan kebutuhan dan persepsi dari orang lain di dalam membuat keputusan dan di dalam mengajukan solusi terhadap masalah dan tantangan yang dihadapi.

Pengaruh (influence) yaitu kemampuan untuk membujuk orang lain untuk mengubah sudut pandang mereka berdasarkan pada pemahaman tentang posisi mereka dan berdasarkan pengakuan terhadap adanya kebutuhan untuk mendengarkan perspektif yang berbeda.

Intuisi (intuitiveness) yaitu kemampuan untuk membuat keputusan yang jelas dan menggerakkan implementasinya ketika dihadapkan pada informasi yang tidak lengkap atau ambigu dengan menggunakan persepsi rasional dan sekaligus persepsi emosional tentang masalah-masalah yang timbul, dan kehati-hatian (conscientiousness) yaitu kemampuan untuk menunjukkan komitmen yang kuat terhadap tindakan tertentu ketika menghadapi tantangan dan bersedia untuk “bertindak sesuai dengan kata-kata” ketika mendorong orang lain untuk mendukung arah tindakan tertentu.

Pemberdayaan tidak meningkatkan kelelahan kerja perawat dan bidan secara langsung pada rumah sakit rujukan berbasis regional di Sulawesi Selatan. Tetapi secara tidak langsung jika perawat mengalami ambiguitas peran dan konflik peran dapat menimbulkan kelelahan kerja.

Pemberdayaan dapat mendorong peningkatan kecerdasan emosional perawat dan bidan pada rumah sakit rujukan berbasis regional di Sulawesi Selatan. Makin tinggi pemahaman terhadap indikator-indikator pemberdayan dan aplikasi pemberdayaan akan mendorong peningkatan kecerdasan emosional yang meliputi kesadaran diri (self awereness), ketangguhan emosional (emotional resilience), motivasi (motivation), kepekaan inter personal (interpersonnel sensitifity), pengaruh (influence), intuisi (intuitiveness) dan kehati-hatian (conscientiousness). (moh yahya mustafa)

Termuat di Tabloid Cerdas Kopertis Wilayah IX Sulawesi Edisi Juni 2010.


Biodata
Nama : Dr. Roslina Alam, SE, M.Si
Tempat Lahir, Siwa, 25 Mei 1958
Pekerjaan : Dosen DPK FE UMI Makassar
Pendidikan :
- S1 Ekonomi Unhas 1984
- S2 Manajemen Agribisnis, PPs Unhas 1995
- S3 Manajemen PPs Universitas Brawijaya Malang, 2009
Pengalaman Kerja:
- Ketua Laboratorium Pengembangan Ilmu Manajemen UMI 2005-2009
- Ketua Pusat Studi Wanita (PSW) sampai sekarang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar