Sepanjang sejarah Rakerwil Kopertis Wilayah IX Sulawesi yang digelar setiap tahun, baru Rakerwil 2011 termasuk agak berkesan. Dirjen Dikti, Prof. Dr. Ir. Joko Santoso, MSc, menyempatkan
diri hadir dan membuka acara yang dihadiri sekitar 347 PTS yang menyebar di
Pulau Sulawesi.
Saat pembukaan Rakerwil dia banyak menyampaikan kebijakan bidang
pendidikan tinggi serta langkah stretagis lainnya. Usai membuka Rakerwil di
Hotel Nagoya Plaza Batam 10-12 Maret, Wartawan Majalah Cerdas, Moh Yahya Mustafa dan fotografer, H.Abd Wahab,
sempat melakukan wawancara, Sabtu pagi di ruang makan hotel, sebelum Dirjen
Dikti bertolak menuju Jakarta.
Kopertis boleh dikata menjadi kepala suku
dari PTS yang berada di wilayah kerjanya. Kewenangan yang dimiliki itu harus
dipergunakan sebaik mungkin agar mampu memperkuat dan menciptakan kualitas sumber
daya manusia berkualitas, demikian ditegaskan Dirjen Dikti, Prof. Dr. Ir. Joko Santoso, MSc.
Saat ini cukup dirasakan kampus PTS kesulitan mencari mahasiswa. Malah
ada beberapa prodi terpaksa harus tutup, karena sudah tidak ada lagi peminat mahasiswa
mendaftar di prodi tersebut. Saat ini Kopertis mengurus sekitar 4,8 juta mahasiswa
jumlah itu masih terbatas, kalau
dibanding dengan siswa yang lulus setiap tahun mencapai 7 juta orang.
Masih terlalu banyak siswa tidak lanjut
kuliah, itu juga menjadi isyarat daya saing bangsa dibanding dengan bangsa
lain. Populasi siswa lanjut studi termasuk relative sedikit hanya sekitar 18
persen. Angka itu jauh tertinggal dengan
kondisi mahasiswa di Korea, dengan populasi mencapai 90 persen, Amerika Serikat mencapai 60 persen, Malaysia dengan 40 persen. Sekiranya Indonesia
mampu menyerap siswa yang lulus untuk lanjut kuliah sampai 40 persen itu,
berarti Indonesia pasti akan mengalami kemajuan yang cukup diperhitungkan oleh
bangsa-bangsa di sekitarnya, kata mantan Rektor Universitas Teknologi Bandung
(ITB) ini
Tahun 2010, Kementrian Pendidikan
Nasional kesulitan mencari dosen yang akan disekolahkan ke luar negeri. Alokasi
dana bea siswa 1000 orang, tetapi yang mampu terserap hanya 400 orang, maka ada
tersisa 600 jatah yang tidak dipegunakan secara maksimal.
Hambatan utama termasuk salah satu di
antaranya adalah penguasaan bahasa Inggeris dan bahasa asing lainnya. Selain
itu faktor administrasi juga sering menjadi kendala. Tahun 2011 regulasi untuk
bea siswa terutama untuk keluar negeri diperlonggar, pangkat akademik yang
menjadi syarat utama, untuk tahun ajaran 2011 sudah tidak menjadi hal yang
mutlak lagi.
Tetapi walau demikian, dosen yang akan
lanjut harus memiliki SK Yayasan dari kampus yang mengutus studi lanjut. Syarat
lain, dosen bersangkutan juga harus membuktikan kalau betul-betul dosen murni
dan bukan PNS lainnya.
Kelonggaran
syarat studi lanjut terutama ke luar negeri itu menurut
Joko Santoso, guna memotivasi para dosen untuk memilih lanjut kuliah S2
dan S3 di luar negeri. Kuliah di luar negeri menurutnya, harus juga pada kampus
yang diakui oleh negara.’’ Pengalaman
masa lalu, seringkali ada dosen studi di
luar negeri, sekolahnya disana tetapi orangnya disini, ternyata lulus juga,
aneh, ya … ‘’ tandas Joko Santoso
Tentang fenomena kelas jauh, Joko Santoso
menegaskan, kelas jauh tdk boleh, yang
boleh pembelajaran jarak jauh. Metode yang dipergunakan adalah teknologi
informasi. Penyediaan sarana dan prasarana pembelajaran jarak jauh yang cukup
lengkap dan berkualitas tentu akan semakin memperlancar proses pembelajaran.
Mulai tahun 2012 kampus sudah tidak
diperbolehkan lagi mengeluarkan ijazah
kalau tidak terakreditasi BAN-PT. Prodi yang belum terakreditasi, secepatnya
akan divisitasi. Menjawab CERDAS, tentang keterbatasan tenaga visitasi BAN-PT,
Joko kemudian menegaskan, saat ini sedang dipersiapkan untuk membuat semacam
divisi-divisi tenaga visitasi dari BAN-PT pada masing-masing Kopertis atau
wilayah kerja, dengan harapan agar mampu
menjangkau semua prodi yang ada di seluruh pelosok Indonesia.
Ketika CERDAS pertanyakan, indikator dan
instrumen yang digunakan BAN-PT menilai prodi PT yang ada di Jakarta dan di
Sangir Talaud misalnya, tentu sarana dan prasarana dan sumber daya dosen akan
jauh berbeda, Joko menjawab, kenyataan demikian yang menjadi bahan diskusi
untuk mengambil kebijakan dengan tetap memperhatikan kondisi dan kemampuan
masing-masing PT di wilayah kerjanya.
Pada jajaran kampus PTS selama ini menurut
Joko, meraih gelar Guru Besar (GB) atau
profesor, terkesan cukup mudah dan gampang. Dikti katanya, sedang merancang
regulasi agar pencapaian GB itu tidak terkesan gampangan.
Salah satu syarat yang harus dipenuhi
para calon GB tersebut, mereka itu harus
melakukan presentasi hasil karya ilmiah yang dihasilkan dalam jajaran dewan
guru besar yang ditunjuk Dikti sesuai kompetensi
ilmu yang ditekuni. Syarat lain, calon GB harus menulis artikel ilmiah pada
jurnal yang sudah terakreditasi secara internasional
Kondisi sumber daya manusia tenaga dosen
untuk kampus ilmu keperawatan dan kebidanan, sampai kini masih tetap menjadi
rumit. Keterbatasan tenaga dosen berkualifikasi S2 sesuai tuntutan UU Guru dan
Dosen, masih tetap menjadi realitas pada semua kampus yang dikelola kampus PTS.
Bakal ada kebijakan untuk membuka program
S2 keperawatan dan kebidanan pada kampus negeri yang sudah layak dan pantas. Di
jajaran Kopertis Wilayah IX Sulawesi, pada kampus PTS ada di antaranya yang
sudah layak untuk membuka prodi S2.
Menyikapi kenyataan keterbatasan dosen
kualifikasi S2 keparawatan dan kebidanan menurut Joko, bakal dibikin SKB antara Mendiknas, Menkes dan
Mendagri. SKB itu mengatur sekaligus
mencari jalan keluar terhadap persoalan kekurangan tenaga dosen kualifikasi S2
di kampus-kampus kesehatan, katanya. (yahya-wahab)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar