Sabtu, 29 September 2012

Dra.Hj. Chuduriah Sahabuddin, M.Si: Kampus Terbaik dan Rujukan di Sulawesi Barat

  
       Lingkungan keluarga yang cukup kental dengan dunia pendidikan di masa kecil, menjadikan Rektor Universitas Al Asyariah Mandar (UNASMAN) Sulawesi Barat, Dra.Hj. Chuduriah Sahabuddin, M.Si, mengikuti jejak orang tuanya, Guru Besar IAIN Alauddin Makassar, Prof.Dr.K.H.Sahabuddin, MA, sebagai guru kelak di kemudian hari.

       Masa-masa kecil Chuduriah, dijalani di Kota Makassar dan beberapa kota di Kawasan Timur Indonesia,  mengikuti orang tua yang berpindah-pindah tugas menjadi dosen pada beberapa perguruan tinggi cabang IAIN Alauddin Makassar di masa lalu. Setamat SMA 1991  dia lanjut kuliah di IKIP Ujungpandang.

       Usai merampungkan studi di kampus yang kemudian beralih status menjadi Universitas Negeri Makassar (UNM) ini, wanita kelahiran Makassar ini, diterima menjadi guru SMA 19 Makassar sejak tahun 1998.

       Disela waktu mengajar di SMA, dia juga terkadang ke Polman ikut bapak mengajar di kampus yang kelak menjadi cikal bakal UNASMAN. Universitas swasta yang cukup besar ini, dirintis pembukaannya oleh almarhum Prof.Dr. Sahabuddin yang juga salah seorang Annang Guru Tarekat Kadariyah untuk wilayah Sulawesi Barat dan sekitarnya.

      Perjalanan waktu di kemudian hari,  dia memilih beralih status dari guru menjadi  Dosen Kopertis Diperjakan (DPK) dan di tempatkan di UNASMAN. Peralihan status itu kemudian memfokuskan waktu dan pikiran untuk mengelola dan mengembangkan kampus UNASMAN.

      Sejak diberi amanah menjadi rektor pada 2010, maka skala perioritas yang segera ditempuh melakukan konsolidasi serta melakukan penataan pengelolaan agar kualitas pelayanan setiap saat tersaji secara lebih profesional.

Daya Saing Kampus
      Daya saing kampus terus ditingkatkan  dengan melakukan kebijakan mendorong para dosen lanjut studi S2 dan S3 pada beberapa kampus pengelola pascasarjana di Makassar dan kota-kota lainnya. Sumber daya dosen kata, magister ilmu komunikasi PPs Unhas ini, merupakan faktor sangat dominan dalam pengelolaan kampus.

       Pemberlakukan UU Guru dan Dosen sudah tidak dapat ditawar lagi, sehingga antisipasinya, memberi motivasi dan mendorong semua dosen tetap yayasan untuk melanjutkan jenjang studi sesuai tuntutan dalam regulasi penyediaan tenaga dosen.

       Kondisi riel saat ini,  jumlah dosen tetap mencapai 105 orang dengan kualifikasi pendidikan, S2 berjumlah 27, S3 sebanyak 1 orang serta sisanya 77 orang masih berstatus S1. Para dosen berjenjang S1 kini mayoritas sedang merampungkan studi S2. Demikian halnya dosen S2 ada empat orang lanjut S3, tiga orang di PPs UNM serta satu orang di PPs UMI Makassar.

       Tenaga dosen tersebut merupakan asset dan faktor sangat dominan dalam menentukan perjalanan kampus ke depan. Kebijakan dijalankan  memenej para dosen dengan berbagai macam karakter dan latar belakang, setiap saat menanamkan kepada para dosen rasa memiliki kampus sehingga semangat dan motivasi mendidik anak-anak bangsa senantiasa bersemangat tinggi.

       Kurikulum pembelajaran kata Kordinator APTISI Wilayah Sulawesi Barat ini, setiap saat dibenahi dengan sebuah harapan, agar materi yang diberikan kepada mahasiswa  dan tuntutan masyarakat, senantiasa selalu bersinergi, agar kelak para alumni ketika diperhadapkan dengan pasar kerja, betul-betul memiliki daya saing yang cukup tinggi, katanya.

Merintis Pascasarjana
       Prodi yang dikelola kampus saat ini berjumlah 12, prodi tersebut telah mendapat pengakuan akreditasi dari BAN-PT. Prodi yang dibina itu  terdiri atas, kesehatan masyarakat, agribisnis, agroteknologi, peternakan, tehnik informatika, sistem informasi, ilmu pemerintahan, ilmu komunikasi, pendidikan matematika, PPKN, pendidikan bahasa dan sastera Indonesia, ekonomi Islam (muamalah), tandas satu-satunya rektor perempuan di wilayah Sulawesi Barat ini. 

     Kerja keras seluruh civitas akademika sehingga di antara 12 prodi yang dibina, dua di antaranya yakni, PPKN serta Agroteknologi telah mendapat nilai B dari BAN-PT. Pemberian legitimasi tersebut membuat kedua prodi itu terbuka jalan untuk merintis membuka program pascasarjana.

     Kendala masih menjadi tantangan saat ini adalah keterbatasan sumber daya dosen yang berkualifikasi jenjang pendidikan S3. Masalah demikian terus mendapat perhatian dan skala prioritas untuk dicarikan jalan keluar termasuk mencari tenaga dosen berkualifikasi S3 serta menanti para dosen-dosen yang sedang lanjut S3 yang segera merampungkan studinya.

      Pembukaan S2 untuk kedua prodi itu menurut mahasiswa S3 Ilmu Sosiologi PPs UNM ini, semakin kuat dari masyarakat Sulbar, terutama dari para alumni yang telah mengabdi menjadi guru atau profesi lainnya pada instansi pemerintah dan swasta.
     Target lain yang menjadi skala prioritas yakni, ketika prodi S2 sudah terbuka, maka secara perlahan akreditasi semua prodi terus di tingkatkan, agar kampus juga dapat meraih akreditasi institusi, tandasnya. (moh yahya mustafa)
       
         
         
       
  
      

Tidak ada komentar:

Posting Komentar