Partai
Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Sulsel punya ketua baru. Sosok yang
terpilih adalah Andi Ridwan Wittiri (ARW). Dia
akan memimpin partai lima tahun ke depan periode 2015-2010. Terpilihnya
aggota DPR RI dari Fraksi PDIP Pemilu 2014 ini, menjadi isyarat, kembalinya
anak ideologis partai mengendalikan PDIP dengan
simbol kepala banteng bermoncong putih.
Sejarah PDIP, tidak terlepas dari perjalanan
fusi partai dengan ideologi nasionalis yang sangat kental. Fusi partai di awal
Orde Baru, 10 Januari 1973,
menggabungkan partai berlatar aliran
ideologi Nasionalis dan Kristen pada PDI. Partai yang berfusi itu berasal dari unsur;
Partai Nasionalis Indonesia (PNI), Partai Kristen Indonesia (Parkindo), Partai
Katolik, IkatanPendukung Kemerdekaan Indonesia (IPKI) dan Murba.
Sosok
ARW sudah tidak asing lagi bagi internal dan eksternal PDIP Sulsel. Dia adalah putra tokoh penandatangan deklarasi
fusi PDI di Soppeng, Andi Wittiri dari unsur IPKI. Persetuhan dengan ideologi nasionalis dijalani
dalam keluarga saat masa-masa kecil di Soppeng. Dinamika politik di era Orde
Baru juga menjadi bagian dijalani bersama orang tuanya. Andi Wittiri ini menjadi Ketua DPC PDI Soppeng di awal Orde
Baru. Tokoh PDI Soppeng cukup disegani di zamannya.
Sosialisasi politik masa kecil di Soppeng dengan ideologi nasional yang
sangat kental, menjadikan ARW adalah pewaris nasionalis sejati, sekaligu sosok anak ideologi nasionalis yang menjadi asas dari PDIP selama
ini. Aklamasi ARW pimpin PDIP Sulsel diperhadapkan beberapa agenda politik jadi
perhatian serius.
Wakil
Ketua Dewan
Perolehan suara PDIP di DPRD Provinsi Sulsel, Pemilu 2004 mencapai 6
kursi, mengantar Ketua DPD PDIP Sulsel kala itu H.Andi Potji, masuk jajaran
elite Sulsel selaku salah seorang Wakil
Ketua DPRD Sulsel.
Legislator PDIP hasil Pemilu 2004 ini yakni;
Andi Potji, Dan Pongtasik, Husain Djunaid, Alimuddin, Yunus Baso dan Endong
Patompo. Perjalanan politik PDIP, pada era ini mengalami masa puncak dengan
meraih satu unsur wakil ketua. Setelah itu PDIP malah mengalami penurunan
perolehan kursi di DPRD Sulsel.
Kembalinya anak ideologis memimpin PDIP, maka skala utama jadi perhatian adalah mengembalikan masa kejayaan itu meraih unsur
wakil ketua DPRD Provinsi Sulsel. Selain
itu kursi untuk DPR RI minimal harus terisi untuk tiga daerah pemilihan.
Kerja keras dari pengurus baru meraih perolehan kursi melebihi apa sudah dicapai almarhum tokoh sepuh PDI, Andi
Potji, menjadi target dan skala perhatian. Kemajuan dan kemerosotan partai
dilihat dari indikator perolehan jumlah kursi diraih dalam pemilu legislatif
serta pemilih presiden dan kepala daerah.
Gerbong jajaran pengurus daerah
PDIP Sulsel, harus kembali melakukan pemetaan geo politik untuk wilayah yang selama
ini masuk kategori minim dukungan dan senantiasa minim perolehan kursi legislatif. Pengurus terpilih dengan seleksi ketat, harus
memperlihatkan jati dirinya, mampu
membesarkan partai dan menghapus kesan PDIP partai minoritas di Sulsel.
Pemilu 2014, PDIP keluar menjadi pemenang, tetapi realitas di Sulsel
partai ini malah tidak mampu meraih suara signifikan. PDIP tetap minoritas
terbukti tidak menempatkan kadernya satu fraksi utuh di DPRD Provinsi dengan
meraih minimal 8 suara.
Realitas politik demikian menuntut ARW dan pengurus PDIP lainnya, harus
mencari taktik dan strategi baru, agar partai ini diminati dan diberi simpati
oleh rakyat di Sulsel. Pola pendekatan partai ke akar rumput harus dilakukan
secara terbuka dengan memperhatikan nilai
dan kearifan lokal warga Sulsel.
Pemilih panatik dari persentuhan unsur-unsur fusi dalam partai sekitar 40
tahun lalu, masih tetap ada, tetapi karena perjalanan usia banyak di antara
mereka sudah tidak ada lagi. Kondisi demikian menuntut ARW harus memperhatikan
generasi baru dari para pemilih panatik itu untuk terus menjadikan PDIP sebagai
pilihan politiknya.
Selain dari kalangan pemilih fanatik dan anak keluarganya, PDIP juga
harus berani masuk pada pemilih pemula dengan tentu menawarkan konsep, program dan visi dan misi
partai yang menarik perhatian dan keyakinan dari kalangan pemilih pemula
tersebut.
Agenda
Politik
Sepanjang tahun 2015, agenda
politik Sulsel ramai menjadi perbincangan adalah suksesi
bupati dan guberur. Peristiwa politik itu harus menempatkan PDIP selaku aktor yang
juga dihitung dalam proses pertarungan politik meraih kosong satu di daerah
yang akan memilih bupati baru yakni; Gowa, Bulukumba, Selayar, Soppeng, Wajo,
Maros, Barru,Pangkep, Luwu Timur, Toraja dan Toraja Utara.
Di
daerah itu, tanduk partai berlambang banteng in, harus betul-betul di asah agar
mampu memenangkan pertarungan dan mengantar kadernya menjadi orang nomor satu. Pertarungan
jadi bupati dan wakil, seharusnya kader partai diberi porsi dan skala prioritas
meggunakan PDIP selaku kendaraan politik, memenangkan pertarungan kekuasaan di ranah
lokal.
Prioritas
pada kader itu juga menjadi bagian dari proses pembelajaran partai. Mereka
yang sudah menjalani proses dan jenjang pengkaderan dari semua tingkan,
patut diberi ruang dan kesempatan mengendarai
partai sendiri, ikut pertarungan
meraih posisi bupati atau wakil didaerahnya.
Praktek politik menjadikan partai hanya sekadar batu loncatan dalam
proses pilkada sudah tidak perlu dibudayakan lagi. Sebab kenyataan menunjukkan,
setelah target dan kepentingan politik sudah tercapai, maka partaipun kembali
di lupakan dan ditinggalkan.
Agenda kedua mendesak adalah Pilkada Gubernur Sulsel, mempersiapkan
lebih cepat itu lebih bagus. PDIP dituntut harus mendorong kader terbaik ikut
dalam pertarungan itu. Kalkulasi politik yang tidak memenuhi regulasi dalam
mengusung calon, maka jauh-jauh hari sudah perlu membangun koalisi dengan
partai yang memiliki visi, misi dan kepentingan yang sama.
Agenda pilkada bupati dan
gubernur Sulsel, harus menjadi fokus perhtian pengurus baru dengan tetap memberi jalan dan
skala priorita kepada kader terbaik partai. Tidak malah memberi kendaraan
politik itu kepada orang lain.***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar