Selasa, 10 Maret 2015

KH.Achmad Marzuki Hasan: Istiqamah di Semua Umarah (1)

 

          Panreng, sejak dari dulu terkenal sebagai daerah tempat tujuan mengaji dan belajar agama di Sinjai Sulawesi Selatan.  Tempat ini terletak sekitar 2 km arah barat Kota Balangnipa. Di tempat inilah berdiam sejumlah ulama dan orang yang memiliki pemahaman dan pengetahuan agama Islam  cukup luas. Salah seorang diantaranya adalah KH.Hasan. Ditempat ini pula dilahirkan KH. Achmad Marzuki Hasan, pada  tanggal 31 Juni 1917. Dia mendapat pengetahuan dasar agama dan lingkungan keluarga dan proses sosialisasi masa kecil.
          Ayahnya, KH.Hasan adalah mantan Kadi Lamatti dan Bulo-Bulo Timur; yang sangat dihormati dan berpengaruh di zamannya. Dia banyak berperan rnenyelesaikan dan menjalankan tugas-tugas selaku pemangku agama. Ketika ayahnya menjalankan tugas tersebut, Marzuki Hasan mengamati dan memperhatikan secara serius.
           Berangkat dari pengalaman masa kecil membuatnya bercita-cita untuk melanjutkan profesi yang dipilih ayahnya. Kadi Hasan mempunyai empat isteri dengan 20 anak. Khusus saudara seibu dengan Achmad Marzuki berjumlah 7 orang. Dari saudara seibu ada menjadi kadi termasuk diantaranya; Kadi Tondong KH.Abdullah, Imam Masjid Sinjai, KH. Hasyim.
           KH.Hasan adalah aktifis Partai Syarikat Islam Indonesia (PSII) sekaligus menjadi Kadi Lamatti. Dua peran dijalani tersebut, membuat Arung Lamatti, H. Pakki memberi pilihan memilih partai politik atau memilih menjadi kadi Lamatti. Ketika dua pilihan tersebut dihadapkan kepada KH. Hasan, dia sempat mengatakan kepada Arung Lamatti, tidak mampu menentukan pilihan.
        Sebab kalau memilih PSII berarti seolah-olah untuk kepentingan partai politik. Sebaliknya kalau memilih kadi, orang menilai hanya memilih kepala kambing, Arung Lamatti kemudian memberhentikan dari tugas - tugas selaku kadi.  Setelah tidak lagi bertugas di Lamatti, dia kemudian dipanggil ke Bulo-Bulo Timur untuk menjadi pembantu kadi dalam memperlancar urusan talak, perkawinan, cerai dan harta warisan. Saat dilakukan pemilihan Kadi Bulo-Bulo Timur sekitar tahun 1930, dia termasuk calon utama. Arung Lamatti kemudian mengirim surat kepada kontrolier Belanda berisi, larangan kepada KH.Hasan ikut pemilihan karena status masih Kadi di Lamatti. Tetapi surat tersebut tidak sampai mempengaruhi karena kenyataan KH. Hasan tetap menjadi kadi Bulo-Bulo Timur. Arung Bulo-Bulo Timur mengatakan, "Saya anggap intan sehingga saya pungut KH.Hasan ".
       Kadi KH. Hasan karena bercambang lebat, maka dia juga sering digelar Kadi Cambang. Pengetahuan agama diperoleh dari mengaji pada seorang ulama memiliki pengetahuan dan pemahaman agama yang sangat luas. KH. Abd Rahman tinggal di Timureng Bone. Jarak antara Lamatti - Bulo-Bulo Timur dan Bone sekitar 90 Km tidak menjadi halangan bagi KH. Hasan untuk menuntut ilmu. Perjalanan waktu kemudian KH. Abd Rahman pindah ke Lamatti karena diajak oleh rnenantunya H. Asape seorang pedagang sukses. KH. Abd Rahman kemudian ikut pindah mengikuti anak dan menantunya, sehingga KH. Hasan dengan mudah setiap saat belajar. H. Asape yang merupakan pedagang sukses ini kemudian meninggal dan dikuburkan di areal Masjid Nurul Hidayah Sinjai.
           Dia secara langsung belajar pengetahuan agama lewat ayahnya. Proses belajar agama dijalani dengan sistim dan pola tradisional. Santri duduk bersila dihadapan kiyai, kemudian secara serius mengikuti mata peIajaran agama yang diajarkan secara langsung. Pengetahuan dasar agama yang diperoleh dari ayahnya termasuk, fiqhi, nahu syaraf, muamaiah serta pengetahuan agama lainnya. Sambil mengaji pada ayahnya, dia juga sempat belajar pada ulama besar Balangnipa, KH. Muh Tahir.
           Kadi Balangnipa ini dikenal sebagai sosok ulama yang sangat disegani dan dihormati oleh ummat Islam  di Sinjai. Kedua ulama tersebut secara langsung memberi pengetahuan dasar agama. Perjalanan waktu yang panjang selanjutnya. dasar-dasar dan pengetahuan agama yang diperoleh memberi warna tersendiri dalam hidupnya. Karena merasa sudah memperoleh dasar agama yang kuat. Dia selanjutnya ingin mendapat pengetahuan agama yang lebih luas lagi. Maka Achmad Marzuki Hasan tinggalkan Sinjai, menuju ke Kota Sengkang untuk berguru kepada ulama besar, KH.Muh As'ad *

Tidak ada komentar:

Posting Komentar