Panreng, sejak dari dulu terkenal sebagai daerah tempat tujuan mengaji dan belajar agama di Sinjai Sulawesi
Selatan. Tempat ini terletak sekitar 2
km arah barat Kota Balangnipa.
Di tempat inilah berdiam sejumlah ulama dan orang yang memiliki pemahaman dan pengetahuan agama Islam
cukup luas. Salah seorang diantaranya adalah KH.Hasan. Ditempat ini pula dilahirkan KH.
Achmad Marzuki Hasan, pada tanggal 31 Juni 1917. Dia mendapat pengetahuan
dasar agama dan lingkungan keluarga
dan proses sosialisasi masa kecil.
Ayahnya, KH.Hasan adalah mantan Kadi
Lamatti dan Bulo-Bulo Timur; yang sangat dihormati dan berpengaruh di zamannya. Dia banyak berperan rnenyelesaikan dan
menjalankan tugas-tugas selaku pemangku agama. Ketika ayahnya menjalankan tugas tersebut, Marzuki Hasan
mengamati dan
memperhatikan secara serius.
Berangkat dari pengalaman masa kecil
membuatnya bercita-cita untuk melanjutkan profesi
yang dipilih ayahnya. Kadi Hasan mempunyai empat isteri dengan 20 anak. Khusus saudara seibu dengan Achmad Marzuki berjumlah 7 orang. Dari saudara seibu ada menjadi
kadi termasuk diantaranya; Kadi
Tondong KH.Abdullah, Imam Masjid Sinjai, KH. Hasyim.
KH.Hasan adalah aktifis Partai
Syarikat Islam Indonesia (PSII) sekaligus menjadi Kadi Lamatti. Dua peran dijalani tersebut, membuat Arung
Lamatti, H. Pakki memberi
pilihan memilih partai politik atau memilih menjadi kadi Lamatti. Ketika dua pilihan tersebut
dihadapkan kepada KH. Hasan, dia sempat mengatakan kepada Arung Lamatti, tidak mampu menentukan pilihan.
Sebab kalau memilih PSII berarti seolah-olah untuk kepentingan partai politik. Sebaliknya kalau memilih kadi,
orang menilai hanya memilih kepala kambing, Arung Lamatti kemudian memberhentikan dari tugas - tugas
selaku kadi. Setelah
tidak lagi bertugas di Lamatti,
dia kemudian dipanggil ke
Bulo-Bulo Timur untuk
menjadi pembantu kadi dalam memperlancar urusan talak, perkawinan, cerai dan harta warisan. Saat dilakukan pemilihan Kadi Bulo-Bulo Timur sekitar
tahun 1930, dia termasuk calon utama. Arung
Lamatti kemudian mengirim surat kepada kontrolier
Belanda berisi, larangan kepada KH.Hasan ikut pemilihan karena status masih Kadi di Lamatti. Tetapi surat tersebut
tidak sampai mempengaruhi karena
kenyataan KH. Hasan tetap menjadi kadi Bulo-Bulo Timur. Arung Bulo-Bulo
Timur mengatakan, "Saya anggap intan sehingga saya pungut KH.Hasan ".
Kadi KH. Hasan karena bercambang lebat, maka
dia juga sering digelar Kadi
Cambang. Pengetahuan agama diperoleh dari mengaji pada seorang ulama memiliki pengetahuan dan pemahaman
agama yang sangat luas. KH. Abd
Rahman tinggal di Timureng Bone. Jarak antara Lamatti
- Bulo-Bulo Timur dan Bone sekitar 90 Km tidak menjadi halangan bagi KH. Hasan untuk menuntut ilmu.
Perjalanan waktu kemudian
KH. Abd Rahman pindah ke Lamatti karena diajak oleh rnenantunya H. Asape seorang pedagang sukses. KH. Abd
Rahman kemudian ikut pindah mengikuti anak dan menantunya, sehingga KH. Hasan
dengan mudah setiap saat
belajar. H. Asape yang merupakan pedagang sukses ini kemudian meninggal dan dikuburkan di areal Masjid
Nurul Hidayah Sinjai.
Dia secara langsung belajar pengetahuan agama lewat ayahnya. Proses belajar agama dijalani dengan sistim dan pola
tradisional. Santri duduk bersila
dihadapan kiyai, kemudian secara serius mengikuti mata peIajaran agama yang diajarkan secara langsung. Pengetahuan dasar agama yang
diperoleh dari ayahnya termasuk, fiqhi, nahu
syaraf, muamaiah serta pengetahuan
agama lainnya. Sambil mengaji pada ayahnya, dia juga sempat
belajar pada ulama besar Balangnipa,
KH. Muh Tahir.
Kadi Balangnipa ini dikenal
sebagai sosok ulama yang sangat disegani dan dihormati oleh ummat Islam di Sinjai. Kedua ulama tersebut secara langsung memberi
pengetahuan dasar agama. Perjalanan waktu yang panjang selanjutnya. dasar-dasar dan pengetahuan agama yang diperoleh memberi warna tersendiri
dalam hidupnya. Karena merasa sudah memperoleh dasar
agama yang kuat. Dia selanjutnya ingin mendapat pengetahuan agama
yang lebih luas lagi. Maka Achmad
Marzuki Hasan tinggalkan Sinjai, menuju ke Kota Sengkang untuk berguru
kepada ulama besar, KH.Muh As'ad
*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar