Sabtu, 30 April 2011

Jejak Moh Roem 10 Tahun Jadi Bupati di Sinjai


Judul Buku : Sinjai 10 Tahun Dalam Memori
Penulis : Moh Yahya Mustafa, dkk
Pengantar : Prof.Dr.Ir. Radi A. Gany
Tebal : xxvi + 315
Tahun : Cetakan Kedua Juni 2002
Penerbit : Pustaka Refleksi

Buku ini ditulis di ujung masa, periode kedua Moh Roem menjadi Bupati Sinjai. Mantan anggota DPR RI 1987 ini, memimpin Sinjai selama dua periode yakni, periode pertama 1993-1998 dan periode kedua 1998-2003. Selama satu dasawarsa menakhodai Sinjai, termasuk cukup banyak cerita dan berita sukses yang dicapai.
Cerita dan berita kesuksesan itu kemudian terangkum dalam buku setebal 315 halaman. Program dan prestasi yang dicapai, itulah yang mampu terekam dalam memori, sehingga mungkin saja ada yang terlupakan sehingga tidak sempat tercatat dalam buku yang ditulis oleh Moh Yahya Mustafa bersama dengan kawan-kawan penulis lainya.
Di awal bab, buku ini, bercerita tentang latar belakang dan jejak kehadiran Sinjai dalam sejarah dan mitos. Sejarah mencatat Sinjai di masa lalu dibangun dari kehadiran beberapa kerajaan di antaranya; Kerajaan Tondong, Bulo-Bulo dan Lamatti. Ketiga kerajaan itu sering disebut dengan Kerajaan Tellu Limpoe.
Lewat buku ini juga dicatat sosok yang pernah menjadi bupati, para bupati tersebut yakni, Abdul Lathief periode 1960-1963; Andi Azikin (1963-1967); Drs.HM..Nur Thahir (1967-1972); Drs.H.Andi Bintang (1971-1983); H.A.Arifuddin Mattotorang, SH (1983-1993); Moh Roem (1993-2003), Andi Rudiyanto Asapa, SH (2003-2013).
Selama Roem jadi bupati, beberapa kebijakan dinilai cukup strategis, termasuk melakukan pemekaran ibu kota kabupaten Sinjai dengan merintis sarana jalan transportasi menghubungkan kelurahan di Sinjai Utara yang menjadi ibu kota kabupaten. Drainase dalam kota juga ditata secara lebih baik, sehingga kalau datang musim hujan, air sudah tidak lagi tergenamng tetapi langsung mengalir ke sungai.
Roem rupanya tidak hanya fokus pada ibu kota kabupaten, tetapi dia juga jauh masuk ke pelosok desa, membuka dan merintis jalur transportasi. Jalan lintas desa di seluruh wilayah kabupaten menjadi skala prioritas.
Berfungsinya jalan menghubungkan antar desa, maka secara otomatis akan mendorong denyut nadi ekonomi masyarakat. Arus barang dan orang keluar masuk ke desa tentu akan semakin tinggi volumenya, karena sarana jalan cukup memadai.
Pria kelahiran Sinjai, 8 Mei 1950 selama menjadi bupati, sangat memperhatikan dan melibatkan para pemimpin informal yang ada di tengah masyarakat. Kehadiran para pemimpin informal itu, sangat membantu di dalam proses sosialisasi program ke tengah masyarakat.
Mendorong dan meningkatkan pendapatan asli daerah lewat pelelangan ikan di Lappa Larea-rea, juga terus dipacu dengan tingginya volume hasil perikanan yang didaratkan dan dilelang di tempat tersebut.
Para periode Bupati Roem, pembangunan pelabuhan laut Larea-rea dirintis dengan sebuah harapan, pelabuhan laut yang berada di Teluk Bone ini, akan menjadi tempat berlabuh bagi warga yang berasal dari kawasan timur Indonesia. Kehadiran sarana transportasi laut mempersingkat jarak wilayah di bahagian Timur Indonesia ini.
Pada akhir bab buku ini juga direkam komentar sejumlah kalangan terhadap sosok Roem selama menjadi bupati. Rektor IKIP Makassar dimasa Roem jadi bupati, Prof.Dr.HM.Idris Arief, MS dalam buku ini menilai, ‘’ Saya melihat Bupati Roem sudah membangun fundamen dengan kuat, sehingga penggantinya nanti tinggal mengisi dan lebih mengembangkan ‘’.
Guru Besar Ilmu Ekonomi UNHAS, Prof.Dr.H. Halide menilai, sejak bupati pertama sampai bupati sekarang, baru pada masa Moh Roem saya melihat Sinjai mulai ditata. Mungkin karena ia orang kampus, kemudian aktifis dan tahu persis bagaimana mengelola suatu organisasi pemerintahan.
Sekda Kabupaten Sinjai kala itu, Drs.H.Zainuddin Fatbang, menilai dalam satu dasawarsa terakhir, pembangunan semakin terlihat dan terasa. Masyarakat sudah menikmati hasilnya. (huriah ali hasan)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar