Informasi terpilihnya Dosen
Kopertis Wilayah IX Sulawesi, Prof.Dr.H.Mansyur Ramly, MS selaku Ketua BAN PT
periode 2012-2016, membuat civitas akademika kampus PTS merasa senang dan
gembira.
Bagaimana
tidak, sepanjang sejarah pembentukan
BAN-PT sejak tahun 1996, baru kali ini
ada dosen dari PTS menjadi orang nomor satu, sekaligus mengendalikan lembaga pemberi
legitimasi kepada program studi yang akan mencetak sumber daya manusia
berkualitas.
Civitas akademika dari kampus PTS terutama di wilayah Pulau Sulawesi
memberi apresiasi cukup tinggi. Sosok mantan Rektor UMI Makassar, tentu banyak
harapan dari kampus PTS bakal diakomodasi
terhadap keluhan dan problematika para pengelola kampus-kampus PTS. Bagi Mansyur Ramli,
walau tidak dilaporkan secara mendetail dia sudah hapal betul kondisi riel kampus-kampus PTS.
Kehadiran orang PTS di BAN-PT, tentu diharap akan lebih aspiratif dalam
menilai serta penuh dengan kearifan dan kebijakan. Tetapi walau demikian lembaga
BAN-PT selaku institusi yang diberi kewenangan menilai prodi tentu memiliki standar baku dalam penilaian
yang harus ditegakkan.
Kinerja BAN-PT selama ini sekaligus menjadi laporan kepada masyarakat
akan kondisi sebenarnya dari kampus yang
melaksanakan proses pembelajaran. Laporan akreditasi sekaligus menjadi acuan penilaian
dari masyarakat jika akan menyekolahkan
anak-anak mereka di kampus yang dikelola pemerintah dan swasta.
Masa periode Mansyur Ramly diperhadapkan dengan daftar panjang masalah
dalam dunia pendidikan tinggi. Tercatat masih cukup banyak prodi belum
terakreditasi serta prodi yang bakal melakukan re-akreditasi.
Pada sisi lain tuntutan dari regulasi pendidikan tinggi, mengharuskan
prodi yang terakreditasi BAN-PT yang boleh melakukan wisuda sarjana. Sebaliknya kampus
tidak terakreditasi sesuai UU tidak diperkenangkan. Realitas demikian menjadi
pekerjaan besar dari mantan Kepala Balitbang Kemendikas untuk mencarikan jalan
keluar, termasuk memberi nilai akreditasi terhadap prodi yang belum
terakreditasi.
Kendala utama menjadi tantangan BAN-PT sejak dari dulu adalah
keterbatasan tenaga asesor. Harapan banyak dosen dari Kawasan Timur Indonesi (KTI)
terutama dari kampus PTS yang sudah memenuhi syarat, untuk ikut seleksi tenaga
asesor. Kehadiran Mansyur Ramly dengan tetap mengacu pada regulasi yang ada
tentu akan memberi perhatian kepada problematika yang melilit pengelolaan
kampus terutama PTS di KTI.
Keterbatasan tenaga asesor menjadikan kinerja BAN-PT dirasa belum
maksimal. Prodi yang telah mengajukan syarat admnistrasi untuk urusan
akreditasi atau re-akreditasi, seringkali harus menunggu cukup lama baru tim
asesor melakukan visitasi ke kampus bersangkutan.
Lambannya visitasi prodi membuat
antrian prodi yang belum terakreditasi setiap saat mengalami penambahan. Pada
sisi lain prodi juga berkejaran dengan waktu pemberlakukan regulasi mengharuskan
prodi akreditasi yang dapat mengeluarkan ijazah dan menggelar wisuda.
Kinerja empat tahun kedepan BAN-PT dengan kehadiran sosok Mansur Ramly,
diharap mampu memberi alternatif keluar dari lingkaran masalah dalam dunia
pendidikan tinggi. *** (Editorial Majalah CERDAS edisi September 2012)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar