Kamis, 16 Mei 2013

H. Alimuddin, SH, MH, M.Ken: Ikhlas Mensejahterakan Rakyat



        Perjalanan hidup penuh warna dan irama telah dilewati Wakil Ketua DPD PDI Perjuangan Sulsel, H. Alimuddin SH,MH,M.Ken. Suka dan duka kehidupan itu    terekam dengan cerita menggembirakan  dan sekaligus terkadang menyedihkan. 


       Selaku anak keluarga sederhana di tanah leluhurnya, Batang Jeneponto, dia bertertekad dengan kemauan keras untuk mengubah jalan kehidupannya itu. Pilihan untuk mengubah jalan hidup  tersebut dengan  menuju Makassar 1986 setamat SMA Bantaeng. Tekad ke Makasar tentu ikut bertarung pada dinamika kehidupan kota metropolitan yang keras dan terkadang kejam itu.

       Di Kota Makassar dia melanjutkan jenjang studi ilmu hukum Universitas Satria Makassar. Dikampus yang didirikan oleh Dr.Muhammad Natzir, SH, salah seorang tokoh Sulsel asal Jeneponto, dia belajar ilmu-ilmu hukum dari Muhammad Natzir yang juga mantan rektor UNHAS ini.

      Pengetahuan dan wawasan  serta pemahaman tentang hukum dan ketatanegaraan, diletakkan oleh alumni pertama Fakultas Hukum UNHAS ini. Aktifitas dunia kemahasiswaan juga sempat ditekuni dan belajar tentang organisasi di kampus.  Di luar kampus,  dia sempat ikut berbagung pada ormas Kosgoro. 

      Perjalanan waktu tidak terasa 1993 predikat sarjana hukum telah di raih. Modal kehidupan sudah ada di tangan. Bertahan hidup sambil mencari peluang lapangan kerja  lebih baik, maka dia menjadi salah seorang aktifis Kosgoro Sulsel. Lewat organisasi ini membangun akses jaringan kepada berbagai lapisan masyarakat.

     Waktu berjalan, perubahan struktur sistem politik dari Orde Baru ke era reformasi, 1998 membuka peluang dan kesempatan kepada seluruh warga mengadu peruntungan pada semua sektor kehidupan, termasuk pada dunia politik praktis.

Arus Balik Kehidupan
      Rentang waktu hampir 30 tahun, partai politik yang mewarnai panggung perpolitikan hanya tiga yakni PDI, Golkar dan PPP. Setelah reformasi partai politik bermunculan. Momentum itu kemudian ditangkap pria kelahiran Jeneponto, 9 Juli 1967 dengan masuk Partai Kebangsaan dan Perjuangan (PKP).

      Pada partai baru itu dia menjadi Sekretaris DPP Sulsel dan Pemilu pertama reformasi 1999, mengantar dirinya menjadi anggota DPRD Sulsel mewakili daerah pemilihan Jeneponto, Takalar dan Gowa periode 1999-2004.

      Arus balik kehidupan secara perlahan sudah mulai berubah. Menjadi legislator tingkat provinsi, sekaligus sebuah lompatan kehidupan yang sangat luar biasa. Anggota dewan adalah elite baru yang tiba-tiba sejajar dengan gubernur di tingkat provinsi, dan menjadi mitra kerja dalam menjalani tugas selaku legislator.

      Fase kehidupan baru dijalani dengan menjadi elite politik Sulsel. Selaku anggota dewan satu-satunya dari partainya, PKP, dia selalu berusaha tampil beda dan apa adanya. Akses jaringan luas ke media massa mengantar dirinya, termasuk salah seorang anggota DPRD Sulsel yang cukup vokal melakukan kritik terhadap kebijakan pemerintah provinsi  dengan gubernur Sulsel kala itu adalah, HZB.Palaguna.

      Nada kritik yang tajam tetapi membangun itu hampir setiap saat dengan mudah di baca di media cetak,  di dengar di radio dan di nonton pada  media siaran televisi. Pengalaman masa kuliah dengan dasar ilmu hukum dan ketatanegaraan dari Muhammad Natzir, katanya sangat membantu dan memberi nilai tawar ketika melakukan rapat di legislatif.

       Lima tahun periode anggota dewan provinsi dijalani dengan penuh keseriusan. Rapat di fraksi dan pleno walau suara fraksi minoritas dengan ide dan kritiknya setiap saat dibaca dan dan menjadi bahan perbincangan di kalangan eksekutif.

Kritik Ketidakadilan APBD 
       Persentuhan dengan PDI Perjuangan bermula ketika, menjelang Pemilu 2004, partainya dalam proses seleksi ikut pemilu dinyatakan tidak lolos, sehingga pindah ke PDIP menjadi caleg pada dapil yang sama. Hasil pemilu 2004, kembali duduk menjadi legislator dari Fraksi PDI Perjuangan DPRD Sulsel. Periode 2004-2009.

      Pada era kedua  jadi anggota DPRD provinsi dengan anggota fraksi yang cukup besar, mengantar dirinya semakin dinamis melaksanakan tugas. Pengalaman lima tahun sebelumnya memberi banyak pengetahuan dan keterampilan baru dalam menjalani tugas untuk lima tahun ke depan.

      Jam terbang selaku politisi  Sulsel semakin tinggi, rapat pada komisi dengan mitra kerja dari kepala dinas dan kepala badan, memberi nilai tawar tinggi pula kaitan dengan upaya mensejahterakan rakyat lewat proses pengambilan kebijakan dan keputusan politik di legislatif.

      Selama menjadi anggota dewan, cukup banyak hasil-hasil kerja politik di dewan membawa manfaat bagi daerah pemilihan. Pembagunan Bendungan Karangloe di Jeneponto termasuk salah satu di antaranya selalu di suarakan di dewan sehingga alokasi dana setiap tahun APBD Sulsel dikucurkan sehingga proses pembangunan suprastruktur bendungan yang sangat mermanfaat bagi pertanian dan sektor lainnya di wilayah sekitar proyek tersebut.

        Hal sama juga dilakukan menyuarakan  secepatnya membuka pelabuhan Pamatata Selayar dengan Provinsi Nusa Tengara Timur (NTT). Pembukaan pelabuhan laut sekaligus membuka keterisolasian wilayah. Pembukaan pelabuhan antar provinsi, menjadikan arus jalan poros Gowa dan Bulukumba ditingkatkan statusnya  menjadi jalan negara dengan biaya setiap tahun dari APBN. 

        Peningkatan status jalan poros itu juga menguntungkan Bantaeng, sepanjag jalan poros melewati wilayahnya, beralih menjadi jalan negara, dengan dana pemeliharaan dan rehabilitasi setiap tahun berasal dari APBN.  

      Periode pertama dan lebih-lebih pada periode kedua selaku legislator, dia juga sangat keras menyuarakan keadilan mata anggaran untuk pengembangan dan pembangunan wilayah di selatan wilayah Sulsel. Kurun waktu yang panjang, wilayah selatan mulai dari Gowa, Takalar, Jeneponto, Bantaeng, Bulukumba, Sinjai Selayar)  di banding wilayah utara Sulsel yakni;  Maros Pangkep, Bosowa dan Aja Tappareng, Luwu Raya), sangat jauh tertinggal, sehingga dalam rapat komisi dan pleno dewan senantiasa menyuarakan perhatikan alokasi dana pembangunan ke wilayah selatan Sulsel itu.

      Selaku mantan anggota Komisi 4 DPRD Sulsel Fraksi PDI Perjuangan, membidangi kesejahteraan rakyat, pada masanya dia termasuk legislator yang gesit dan gencar memperjuangkan peningkatan kualitas sumber daya manusia pada sektor kesehatan dasar serta pendidikan dasar.

      Menjadi politisi dengan sebuah tekad, turut mengambil peran  mensejahteran rakyat lewat proses pengambilan kebijakan yang memihak dan memperjuangkan aspirasi rakyat kecil itu.  Kalangan rakyat kecil harapannya, adalah dapat  menjalani kehidupan dengan, aman, tenteram dan berkeadilan dan sejahtera.

      Pada posisi tuntutan demikian Alimuddin kembali akan menjalaninya, sekiranya diberi amanah oleh rakyat untuk menjadi legislator DPRD Sulsel Pemilu 2014 dari Dapil IV Sulsel, meliputi Kabupaten Jeneponto, Bantaeng dan Selayar. (yahya-ulla-tika)      





Tidak ada komentar:

Posting Komentar