Pendangkalan intektual merupakan fenomena yang
merebak dan mengingkari dunia pendidikan tinggi. Indikator pendangkalan itu
dapat diamati dari gejala menguatnya penghianatan intektual. Para akademisi
lebih mementingkan nilai pragmatis dari pada nilai ilmu pengetahuan.
Demikian isi pidato, Prof.Dr.Andi Agustang, M.Si, berjudul ‘’
Pendangkalan Intektual, Sebuah Refleksi Diri dalam Dunia Akademisi), dalam pengukuhan penerimaan jabatan Guru Besar
dalam Bidang Ilmu Sosiologi Antropoligi FIS UNM, dalam Rapat Senat Luar Biasa
dipimpin Rektor UNM, Prof.Dr.H.Arismunandar, M.Pd, Kamis, 10 Oktober 2013 di
Menara Pinisi Jl. Pettarani Makassar.
Indikator kedua gejalan pendangkalan itu, munculnya intektual pamer.
Mereka ini umumnya diundang oleh media
massa selaku nara sumber dan mereka ini instant diberia atribut selaku pakar,
tandas alumni S3 PPs Universitas Padjajaran Bandung ini. Indikator ketiga,
kegiatan akademik yang involutif. Para intektual disebut intektual bazaar.
Perguruan tinggi tidak ubahnya seperti pasar tradisional dari kejauhan bersuara
kencang, tetapi tidak jelas apa suaranya.
Keempat menurut mantan Ketua Prodi S2 IPS PPs-UNM, pendangkalan
intektual ditandai minimnya karya akademisi. Malah ada kesan sudah tidak ada
lagi korelasi positif antara peningkatan jumlah profesor dari tahun ke tahun
dengan diskusrus akademik yang digelutinya .
Minimnya karya dosen, disebabkan sindroma formalism melanda proses kreatif
akademik. Mengejar jabatan guru besar, sekedar memenuhi persyaratan
adminsitrasi, yang kadang kurang memperhatikan kualitas.
Indikator kelima, semangat kerja dan asketisme akademik yang militant
jauh dari harapan. Penguatan fenomena pendangkalan itu, tidak terlepas dari
relasi kuasa yang sedang bekerja antara negara dan universitas, katanya.
Mereduksi pendangkalan itu, perlu penguatan kultur akademik yang
mendorong etos kerja akademik. Membebaskan kehidupan kampus dalam cengkraman
politik praktis, yang cenderung menyeret kaum intektual ke dalam ideology
pragmatis.
Negara harus menjamin kesejahteraan intektual kampus sehingga dapat
hidup layak dan tidak lagi anarkhisdan tidak lagi mengasong ke sana kemari,
tandasnya.
Andi
Agustang lahir di Bone 27 Desember 1963.
S1 IKIP Ujungpandang 1987. S2 dan S3 PPs Universitas Padjajaran Bandung. Mantan
Ketua Prodi S2 IPS PPs UNM serta Ketua Dewan Editor Jurnal Dialektika
Kontemporer.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar