Sabtu, 12 Oktober 2013

Prof.Dr.Andi Agustang, M.Si: Pendangkalan Intektual Merebak di Kampus



Pendangkalan intektual merupakan fenomena yang merebak dan mengingkari dunia pendidikan tinggi. Indikator pendangkalan itu dapat diamati dari gejala menguatnya penghianatan intektual. Para akademisi lebih mementingkan nilai pragmatis dari pada nilai ilmu pengetahuan.

         Demikian isi pidato,  Prof.Dr.Andi Agustang, M.Si, berjudul ‘’ Pendangkalan Intektual, Sebuah Refleksi Diri dalam Dunia Akademisi), dalam  pengukuhan penerimaan jabatan Guru Besar dalam Bidang Ilmu Sosiologi Antropoligi FIS UNM, dalam Rapat Senat Luar Biasa dipimpin Rektor UNM, Prof.Dr.H.Arismunandar, M.Pd, Kamis, 10 Oktober 2013 di Menara Pinisi Jl. Pettarani Makassar. 

       Indikator kedua gejalan pendangkalan itu, munculnya intektual pamer. Mereka ini umumnya diundang oleh  media massa selaku nara sumber dan mereka ini instant diberia atribut selaku pakar, tandas alumni S3 PPs Universitas Padjajaran Bandung ini. Indikator ketiga, kegiatan akademik yang involutif. Para intektual disebut intektual bazaar. Perguruan tinggi tidak ubahnya seperti pasar tradisional dari kejauhan bersuara kencang, tetapi tidak jelas apa suaranya.

       Keempat menurut mantan Ketua Prodi S2 IPS PPs-UNM, pendangkalan intektual ditandai minimnya karya akademisi. Malah ada kesan sudah tidak ada lagi korelasi positif antara peningkatan jumlah profesor dari tahun ke tahun dengan diskusrus akademik yang digelutinya .
       Minimnya karya dosen, disebabkan sindroma formalism melanda proses kreatif akademik. Mengejar jabatan guru besar, sekedar memenuhi persyaratan adminsitrasi, yang kadang kurang memperhatikan kualitas.

       Indikator kelima, semangat kerja dan asketisme akademik yang militant jauh dari harapan. Penguatan fenomena pendangkalan itu, tidak terlepas dari relasi kuasa yang sedang bekerja antara negara dan universitas, katanya.

      Mereduksi pendangkalan itu, perlu penguatan kultur akademik yang mendorong etos kerja akademik. Membebaskan kehidupan kampus dalam cengkraman politik praktis, yang cenderung menyeret kaum intektual ke dalam ideology pragmatis. 

      Negara harus menjamin kesejahteraan intektual kampus sehingga dapat hidup layak dan tidak lagi anarkhisdan tidak lagi mengasong ke sana kemari, tandasnya.

    Andi Agustang lahir  di Bone 27 Desember 1963. S1 IKIP Ujungpandang 1987. S2 dan S3 PPs Universitas Padjajaran Bandung. Mantan Ketua Prodi S2 IPS PPs UNM serta Ketua Dewan Editor Jurnal Dialektika Kontemporer.
  
     

Tidak ada komentar:

Posting Komentar