Sektor pertanian kurun waktu yang teramat panjang menjadi tumpuan utama pada proses pembangunan. Arah kebijakan selalu memihak kepada para petani. Hal demikian dapat terbaca dari visi dan misi serta kebijakan strategis dari setiap pemerintah yang sudah datang silih berganti.
Kenyataan lapangan kemudian menunjukkan, nasib para petani terutama mereka yang menjadi buruh tani, masih terus terperangkap dengan dahsyatnya kemiskinan yang terkadang terwariskan secara struktural dari satu generasi ke generasi yang baru.
Statistik kependudukan juga menunjukkan secara jelas, kantong-kantong kemiskinan malah dominan ditemukan pada wilayah yang sejak dari dulu dikenal sebagai basis pertanian. Sebuah kenyataan ironi yang sudah berulang-ulang tersaji dipelupuk mata, kasus gizi buruk dan kelaparan yang sering ditemukan di tengah masyarakat miskin dari kalangan buruh tani.
Kebijakan sektor pertanian guna meningkatkan produksi hasil pertanian dengan sebuah tujuan mulia lebih meningkatkan penghasilan para petani, malah berbalik menjadi sebuah kenyataan yang sangat menyedihkan dan memilukan. Revolusi hijau dengan arah strategi kebijakan pada proses mekanisasi sektor pertanian, menempatkan para petani kecil dan perempuan semakin terpinggirkan dan malah kehilangan lapangan kerja yang ditekuni secara turun temurun.
Penelitian dari disertasi Dr.Ir.Ratnawati Tahir, M.Si pada PPs Unhas 2008 berjudul ‘’ Adaptasi Petani Kecil dan Perempuan Terhadap Keterpinggiran Karena Modernisasi Pertanian (Studi Perubahan Sosial pada Komunitas Petani Sawah di Desa Sereang dan Desa Passeno di Kabupaten Sidrap Provinsi Sulawesi Selatan).
Disertasi dosen Dosen Kopertis Diperbantukan (DPK) di Universitas 45 Makassar ini, menghasilkan temuan, proses perubahan teknis yang berlangsung selama revolusi hijau telah meminggirkan petani kecil dan perempuan. Peminggiran terjadi disebabkan, penggantian alat panen ani-ani menjadi sabit mengurangi tenaga laki-laki dan perempuan.Penggunaan mesin dross pada perontokan padi mengurangi tenaga laki-laki dan perempuan.
Revolusi hijau oleh para petani kecil dan perempuan justru dimaknai sebagai hal yang tidak menguntungkan karena telah menggeser peran mereka pada sector pertanian padi sawah. Pada sisi lain revolusi hijau juga mereka nilai telah memudarkan dan menghilangkan nilai-nilai sosial ikatan solidaritas dan kegotongroyongan.
Para petani kecil dan perempunan yang terpinggirkan tersebut, guna tetap eksis menjalani rutinitas kehidupan, maka mereka menempuh strategi survival lewat perubahan profesi menjadi pedagang, tukang kayu/batu, pengojek, merantau ke luar negeri menjadi TKI. Sedangkan bagi pekerja perempuan menempuh strategi survival dengan membuka warung dan industri rumahan lainnya.
Keterpinggiran petani kecil dan perempuan menurut wanita kelahiran Ujung Pandang 12 April 1966 ini, member efek pada meluapnya tenaga kerja yang tidak berpenghasilan di pedesaan, akibatnya beban pembangunan bertambah karena beban hidup per keluarga petani semakin berat, di satu sisi pembangunan ekonomi secara keseluruhan tercapai, namun efek pada pembangunan manusia dan ekologi terabaikan.
Dampak lagi dari revolusi hijau ungkap mantan dosen fakultas pertanian Universitas Dumoga Bone, Kotamabagu Sulut, menghadirkan polarisasi social yang terjadi di kedua desa yang menjadi lokasi penelitian. Kondisi demikian disebabkan terjadinya ketimpangan kepemilikan lahan. Terjadi proses akumulasi kepemilikan lahan pada petani besar yang menjadi tuan tanah, menjadikan para petani kecil dan perempuan semakin tidak punya akses terhadap lahan
Realitas sosial demikian yang dialami para petani kecil dan perempuan, menempatkan mereka pada kondisi keterbatasan dan selalu mengulang kehidupan rutinitas pada sebuah lingkaran jebakan proses pemiskinan, kebodohan, ketertinggalan dan ketidakberdayaan. (moh yahya mustafa)
Data Diri
Nama Lengkap : Dr. Ir.Ratnawati Tahir, M.Si
Tempat/Tgl Lahir: Ujung Pandang 12 April 1966
Pekerjaan : DPK Fakultas Pertanian Univ 45 Makassar
Pendidikan : S1 Pertanian Unhas 1990
S2 Sosiologi Pedesaan PPs IPB 1996
S3 Ilmu Pertanian PPs Unhas 2008
Pengalaman Kerja :
1. Program Reformasi Pengembangan Sektor Perkotaan (2008)
2. Fasilitator pada Marine and Coastal Resources Manajement Project di Maros 2007
3. Tenaga Ahli Sosial Budaya pada Studi AMDAL Pembangunan Bendungan Kelara Karalloe Jeneponto (2003).
Rabu, 30 Juni 2010
Dr. Ir. Ratnawati Tahir, M.Si : Revolusi Hijau Pinggirkan Perempuan Petani Kecil
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar