Senin, 25 April 2011

Prof. Dr. Ir. A. Muhibuddin, MS: Peningkatan Produksi Kentang Lewat Sistem Hidroponik


Budidaya sistem hidroponik dikembangkan menjadi sistem aeroponik yaitu pemberian larutan hara ke akar tanaman dengan cara pengabutan (Jensen dan Collins, 2005; Howard, 2005). Akar tanaman dibiarkan tergantung, kemudian dari bawah disemprotkan larutan hara melalui springkler dan akar akan menangkap dan menyerap hara tersebut (Resh, 2004; Park Jong Sub, 2005).
Keunggulan sistem aeroponik di antaranya, produksi lebih tinggi, kemurnian varietas lebih terjamin, tidak mencemari lingkungan, pemakaian hara dan air lebih hemat, tanaman yang mati mudah diganti dengan tanaman baru, hasil produksi lebih kontinyu dibandingkan dengan penanaman secara konvensional, kadar oksigen dalam larutan hara lebih banyak, serta tidak bergantung pada kondisi alam atau musim (Mueller et al., 2002; Park Jong Sub, 2005)
Pola demikian yang menjadi fokus penulisan disertasi Wakil Direktur I PPs Universitas 45 Makassar, Prof. Dr. Ir. A. Muhibuddin, MS pada PPs Unhas dengan judul Pengembangan Formulasi Unsur Hara pada Produksi Benih Kentang Hasil Kultur Jaringan dengan Teknologi Aeroponik.
Penulisan disertasinya dibimbing Promotor, Prof. Dr. Ir. H. Badron Zakaria, MS selaku Promotor, Prof. Dr. Ir . Enny Lisan Sengin, MS dan Prof. Dr. Ir. H. Baharuddin, Dipl. Ing. Agr.
Sesuai dengan simpulan dari penulisan disertasi ditemukan bahwa, formulasi NPK(10:12:16)ppm memberikan pengaruh terbaik dalam meningkatkan tinggi tanaman 23%, jumlah daun 30%, jumlah umbi tanaman-1 36%, bobot umbi tanaman-1 41%, diameter umbi 18%, kandungan karbohidrat 14%, kandungan protein 8%, kandungan vitamin C 11%, ketebalan kulit umbi 11%, dan menurunkan kadar air 3%. Formulasi larutan stok (A+B) + NPK(10:12:16)ppm pada varietas atlantik meningkatkan kekerasan umbi 1% dan pada varietas granola 1,5%.
Demikian halnya dengan Formulasi NPK(10:12:16)ppm + FeMnCu(3,0:1,5:0,6)ppm memberikan pengaruh terbaik dalam meningkatkan tinggi tanaman 12%), jumlah daun 19%, jumlah umbi tanaman-1 12%, bobot umbi tanaman-1 13%, diameter umbi 3%, kandungan karbohidrat 7%, kandungan vitamin C 6%, kekerasan umbi 1,2% dan menurunkan kadar air umbi 3%. Varietas atlantik dengan formulasi FeMnCu (3,0:1,5:0,6)ppm meningkatkan kandungan protein umbi 9,5% dan meningkatkan ketebalan kulit umbi 13%.
Benih hasil aeroponik katanya, menghasilkan pertumbuhan, produksi, dan mutu benih kentang yang lebih baik dibandingkan hasil sistem arang sekam pada dua varietas kentang dalam meningkatkan tinggi tanaman 11,9%, diameter umbi 9,1%, jumlah umbi tanaman-1 24,5%, bobot umbi tanaman-1 30,7%, bobot kering umbi 7,7%, produksi umbi ton ha-1 30,4%, dan menurunkan kadar air umbi 1,9%.
Sistem aeroponik dapat meningkatkan produksi benih, baik kualitas maupun kuantitas pada kentang, maka diharapkan dapat menyelesaikan sebagian persoalan untuk mempercepat peningkatan produksi kentang di Indonesia. Dengan demikian, akan memberikan kontribusi yang sangat berarti bagi perkembangan industri perbenihan kentang dalam memenuhi kebutuhan nasional, tandasnya
Muhibuddin menyarankan untu pengembangan perbenihan kentang dan swasembada benih dalam negeri melalui upaya-upaya penguatan ketersediaan dalam negeri sekaligus mengurangi ketergantungan terhadap benih impor, sistem aeroponik dimasukkan sebagai salah satu unsur paket teknologi pengembangan kentang
Muhibuddin dilahirkan di Sengkang, 5 Agustus 1964. S1 Agronomi Unhas 1988. S2, Sistem-Sistem Pertanian PPs Unhas 1999. S3 Farming System pada PPs Unhas 2008. Selain sebagai Dosen tetap Kopertis Wilayah IX di Universitas “45” Makassar, juga aktif mengajar di beberapa Perguruan Tinggi lain.
Tim penatar metodologi penelitian dan tim penilai angka kredit Dosen Kopertis Wilayah IX, juga aktif sebagai pengurus Assosiasi Forum Akademisi Perguruan Tinggi Indonesia (FAPTI), aktif melakukan penelitian dan pengabdian pada masyarakat, baik dibiayai Pemerintah Provinsi Sulsel, Pemerintah Kota Makassar maupun dari DP2M Ditjen Dikti, seperti Fundamental Research, Hibah Bersaing (HB), Hibah KKN-PPM, dan IbM (Ipteks bagi Masyarakat). Ketua Tim Penyunting Jurnal Ecosystem diterbitkan Universitas ”45” Makassar. (moh yahya mustafa) (majalah CERDAS edisi Maret 2011)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar