Oleh : Moh Yahya
Mustafa
Mahasiswa S3 Sosiologi Program Pascasarjana
Universitas Negeri
Makassar
Selasa,
22 Januari 2013 merupakan hari
pencoblosan Pilgub Sulsel 2013. Hari itu merupakan fase sangat menentukan dan
dinantikan para kandidat dan pemilih. Pemilih
yang berdaulat penuh, menjadi penentu bagi kemenangan dan kekalahan tiga calon
gubernur yang bertarung dalam pilgub. Kedaulatan rakyat hadir di hari itu,
seorang profesor, atau jutawan sama nilai suaranya, dengan seorang daeng
becak, pekerja informal atau wong cilik lainnya.
Penentuan pilihan politik bagi pemilih cukup banyak variabel dan alasan melatarinya. Mulai dari kesamaan visi, misi
dan idiologi, kedekatan emosional, hubungan pekerjaan atau jaringan lainnya.
Walau banyak faktor dan variabel penentu, tetapi pilihan politik di bilik suara akan kembali terpulang pada hati
nurani masing-masing pemilih. Pada kearifan lokal masyarakaty Bugis, dikenal
dengan istilah ati macinnong dalam
menentukan pilihan
Ati Macinnong
Ati macinnong, artinya
kurang lebih sama dengan hati yang suci atau nurani yang bening. Ati
macinnong ini pada kalangan masyarakat Bugis dipercaya sebagai hakikat
sesungguhnya dari manusia. Pada sisi lain
juga menjadi tempat bersumber seluruh sikap, jiwa baik dan bersih, sehingga mendorong manusia melakukan perbuatan
dan perilaku baik. Pada nurani bening itulah, terpatri itikad baik, kejujuran,
kepantasan, dan solidaritas dalam proses kehidupan
Konteks
kearifan lokal masyarakat Bugis, sosok seorang pemimpin yang pantas dan ideal
dipilih mengatur orang banyak, minimal harus memiliki pada dirinya beberapa sifat
dan pertanda. Sifat pemimpin itu minimal mendekati apa yang pernah dikemukakan
cendekiawan Bugis di masa lalu, Kajaolaliddo. Ketika diminta mengajar bagi putra
bangswan Bone, dikatakan ada lima sifat harus dimiliki seorang pemimpin.
Kelima sifat itu yakni, pertama; lempuk-e
nasibawangi tauk (kejujuran disertasi takut); kedua; adatongengnge nasibanwangi tikek (berkata benar disertai
waspada);ketiga; sirik-e nasibawangi getteng
(rasa malu disertai ketegasan); keempat,
awaraningenge
nasibawangi cirinna (keberanian disertai kasih sayang); kelima, akkalengnge
nasibawangi nyamengkininnawa (kecerdasan disertai kebaikan hati nurani). (Anwar Ibrahim: Sulesana, Kumpulan Esai
Tentang Demokrasi dan Kearifan Lokal)
Kearifan lokal itu secara terang benderang
mengaskan seorang pemimpin yang layak dan pantas, haruslah memiliki sifat kejujuran, tidak
disertai dusta atau bohong. Kejujuran itu,
harus dibarengi rasa takut. Termasuk janji-janji yang pernah terucap
tidak sampai dilupakan dan harus direalisasikan.
Pemimpin harapan masyarakat, adalah sosok yang
mampu berkata benar, apa disampaikan sesuai kenyataan yang ada. Ucapan dan kata-katanya, selalu terukur dalam
takaran ucapan yang benar serta waspada
dan menjaga-jaga diri.
Penciri ketiga seorang pemimpin harus memiliki rasa malu disertasi
ketegasan dalam bertindak. Sosok pemimpin yang sudah putus atau hilang rasa
malu, tentu tidak layak jadi pemimpin. Selain itu,
pemimpin yang tegas bukan peragu juga menjadi sosok akan diterima di tengah
masyarakat Sulsel.
Pemimpin ideal dalam masyarakat merupakan seorang pemberani disertai
kasih sayang kepada rakyatnya. Pemberani maksudnya dalam mengambil
keputusan lebih didasari pertimbangan
untuk kepentingan orang banyak.
Ciri terakhir merupakan figur cerdas dan baik hati. Seorang pemimpin
harus memiliki tingkat kecerdasan diatas rata-rata dari rakyat yang dipimpin,
sifat tersebut tentu sangat dibutuhkan agar dalam pengambilan keputusan,
betul-betul tepat sasaran dan tepat waktu.
Kelima sifat- itulah menjadi pertanda seorang pemimpin di tengah
masyarakat Sulsel.
Jejak
Rekam
Tiga paket calon gubernur
yang bertarung meraih suara mayoritas, telah meninggalkan jejak rekam, selama
mereka meniti karier dan profesi pada bidang tugas masing-masing.
Rentang waktu bertahun-tahun meniti karier bagi pada calon gubernur itu,
dapat menjadi variabel, dalam posisi ati
macinnong menentukan pilihan dalam bilik suara. Ilham Arief Sirajuddin
dapat ditelusuri jejak rekamnya, saat
menjadi anggota DPRD Sulsel, Walikota Makassar selama dua periode. Rentang
waktu itu pemilih dapat menilai apa yang
telah dilakukan.
Sosok wakilnya Ilham, Azis Kahar Mudzakkar, juga dapat ditelusuri jejak
rekamnya saat menjadi anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) periode pertama dan
kedua, memimpin pesantren apa saja telah dilakukan dan diperbuat untuk
masyarakat Sulsel.
Jejak rekam Syahrul Yasin Limpo dapat ditelusuri saat jadi bupati Gowa, kemudian wakil
gubernur Sulsel dan Gubernur Sulsel periode
pertama. Rentang waktu cukup panjang itu, pemilih dapat mengamati dan melihat apa saja dijalani dan dilakukan selama diberi amanah.
Agus Arifin Nu’mang yang menjadi wakil Syahrul, sangat mudah diikuti
rekam jejaknya dengan mengamati apa dilakukan ketika menjadi anggota DPRD
Sulsel dan ketika jadi Ketua DPRD Sulsel
serta Wakil Gubenur Sulsel. Pemilih dengan gampang menilai apa saja telah
dilakukan dan dikerjakan.
Andi Rudiyanto Asapa juga demikian adanya, rekam jejaknya dapat
ditelusiri saat meniti karier selaku pengacara, bupati Sinjai dua periode.
Kebijakan dan jejak langkahnya selama menjadi Bupati Sinjai akan menjadi salah
satu pertanda dan variabel memilihnya.
Wakilnya Andi Nawir, jejak rekamnya selaku mantan Bupati Pinrang dan
anggota DPRD Sulsel dari Partai Demokrat dengan mudah dapat terbaca. Waktu yang
dijalani selama meniti karier dapat diketahui apa saja dilakukan dan dikerjakan
selama diberi amanah.
Jejak rekam ditinggalkan para calon gubernur dan wakilnya menjadi bahan pertimbangan dalam ati macinnong, menentukan siapa akan
dipilih di antara ketiga calon gubernur, dalam bilik pencoblosan di tengah
proses yang penuh rahasia dan bebas menentukan pilihan. ***
(Hari Senin 21 Januari 2013, Harian Tribun
Timur Makassar)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar