Mahasiswa Sekolah Tinggi
Ilmu Keperawatan (STIKPER) Gunungsari Makassar berasal
dari multikultural etnis. Mereka itu ada di antaranya dari
Sulawesi, Kalimantan, Ternate, Nusa Tenggara Timur (NTT), Nusa Tenggara Barat
(NTB), Papua, serta mahasiswa asal dari sejumlah pulau lainnya di Indonesia. Keragaman suku itu, sehingga dinamika di kampus serasa menghadirkan wajah Indonesia mini.
Realitas demikian menjadikan kampus senantiasa
jadi
idola sekaligus rujukan bagi alumni SLTA melanjutkan pendidikan tinggi di kampus yang letaknya cukup strategis di
kota Makassar ini. Data akademik terakhir menunjukkan,
jumlah mahasiswa terbanyak dari Ternate (45%). NTT( 23%), NTB (15%), Papua (5%), dan sisanya
dari Sulawesi dan Kalimantan.
Ketua
Stikper Gunung Sari Makassar, Dr
Pius Nalang, M.Kes, menilai pertumbuhan
dan perkembangan kampus beberapa tahun terakhir ini,
mengalami kemajuan cukup pesat. Proses pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi di
kampus tidak terlalu mendapat tantangan dan masalah krusial dan berat, tandas
doktor administrasi publik PPs-UNM
2012 ini.
Prinsip kerja selalu
dibangun di kalangan civitas akademika
kampus,
mulai dari cleaning service, security, staf, maupun dosen
tidak ada dibeda-bedakan. Pendekatan dilakukan adalah kekeluargaan,
jarang menggunakan pola birokrasi, tapi menganggap
semuan adalah keluarga.
Tidak ada
yang merasa paling disuka atau sebaliknya. Di kampus ini hanya berlaku orang
yang dituakan. “Jadi di kampus ini tidak berlaku absensi, tidak ada istilah
pimpinan, tapi ditumbuhkan
adalah rasa memiliki kampus, sehingga ada rasa kebersamaan membangun
kampus ini lebih maju,”tandasnya.
Pria
kelahiran Kampung Munde, Manggarai, Plores, NTT tahun 1960 ini melakukan pendekatan kepada mahasiswa dengan
membangun dan menerapkan kearifan
lokal. Mengingat
kampus
ini mahasiswanya berasal dari beragam etnis, suku dan agama, maka pendekatan dilakukan yakni mengedepankan dan mengangkat nilai-nilai kearifan lokal dari masing-masing etnik.
Kalau
misalnya menghadapi orang Papua, tentu
pendekatan
lokal orang Papua, begitu pula yang lainnya. Hal ini
dimaksudkan agar mahasiswa yang dilayani tidak ada merasa tersisihkan dengan yan lainnya.
Diakuinya dengan pendekatan budaya ini semuanya lancar, dan kalaupun ada
masalah cepat dilaporkan sehingga mudah
mengatasinya.
Stikper
Gunung Sari Makassar, membina
tiga prodi yakni, S1 Keperawatan, D3 Keperawatan dan
prodi Ners. Tahun 2015 persiapkan
prodi
baru S2
Kesehatan Masyarakat konsentrasi Promosi Kesehatan.
Pius
berharap 2016 sudah bisa menerima mahasiswa
baru. Tinggal
menunggu proses izin Kementerian Riset dan Pendidikan
Tinggi. Soal SDM sudah memiliki dua orang doktor dan akhir tahun 2015
ada lagi empat sudah
menyelesaikan S3.
Rencana pembukaan S2 ini tinggal proses wawancara dan presentasi di Kementerian Dikti. Tahun
depan 2016, sudah menerima mahasiswa baru. Kampus
tidak ragu dengan mahasiswa baru, karena alumni S1 telah mencapai 2876 orang, kesemuanya ini, butuh peningkatan kualifikasi pendidikan lebih tinggi.
Rasa Kepercayaan
Sebagai pendatang di Sulsel, tidak mudah bisa
bertahan di Kota Metropolitan Makassar, jika tidak mampu
menjalin berkomunikasi
baik dengan
lingkungan sosial , termasuk di internal kampus maupun di masyarakat lebih luas lainnya. Kemampuan berkomunikasi yang ditunjukkan
tokoh masyarakat NTT di Sulsel ini, justru dihargai di lingkungannya. Dia merasa
sangat kagum berada di Makassar dan ternyata orang Makassar itu sangat baik, kata Wakil Ketua I Kerukunan Keluarga NTT Provinsi
Sulsel ini.
Orang
Makassar itu tidak melihat dari suku mana dia berasal, tetapi sungguh-sungguh hanya melihat siapa
berprestasi maka dialah layak untuk dipercaya menjadi pimpinan. Seperti halnya dirinya sekalipun
bukan orang Sulsel, tapi karena dianggap layak memimpin kampus
maka posisinya sebagai ketua di Stiper Gunung Sari Makassar aman-aman saja, ungkapnya.
Agar bisa bertahan di kampung
orang atau dimana saja dia ditempatkan, dia memegang prinsip hidup, yakni bersikap jujur,
bertanggungjawab dan rasa memiliki. Prinsip inilah dipraktekkan sehingga sampai saat ini
masih tetap dipercaya untuk menakhodai kampus,
tandasnya.
Pius
Nalang bukan lagi orang orang baru di Makassar, tapi sudah puluhan tahun berada
di Makassar, sejak tugas belajar utusan
pemerintah Provinsi NTT ke Makassar di D3 Keperawatan Poltekes Bantabantaeng
tahun 1988. Setelah tamat tahun 1991, oleh Kadiskes NTT diangkat menjadi guru di SPK Depkes di
Kabupaten Ende sampai 1996. Dan pada tahun 1997
pindah tugas ke Makassar ditempatkan di
SPK Labuang Baji Makassar.
Perjalanan karier akademik berjalan terang, sejak 2010 sampai sekarang, Pius Nalang diberi amanah dan diangkat menjadi Ketua Stikper Gunung Sari.
Tapi sebelum diangkat dia adalah dosen
di kampus ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar