Sabtu, 05 Desember 2015

Dr Pius Nalang, M.Kes Menghadirkan Wajah Indonesia Mini




        Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Keperawatan (STIKPER) Gunungsari Makassar  berasal dari  multikultural etnis. Mereka itu  ada di antaranya dari Sulawesi, Kalimantan, Ternate, Nusa Tenggara Timur (NTT), Nusa Tenggara Barat (NTB), Papua,  serta mahasiswa asal dari  sejumlah pulau lainnya di Indonesia. Keragaman suku itu, sehingga  dinamika di kampus  serasa  menghadirkan wajah  Indonesia mini. 

         Realitas demikian menjadikan  kampus  senantiasa jadi idola sekaligus rujukan  bagi alumni SLTA  melanjutkan pendidikan tinggi  di kampus yang letaknya cukup strategis di kota Makassar ini.  Data akademik terakhir menunjukkan, jumlah mahasiswa terbanyak dari Ternate  (45%).  NTT( 23%), NTB (15%), Papua (5%), dan sisanya dari Sulawesi dan Kalimantan.

          Ketua Stikper Gunung Sari Makassar, Dr Pius Nalang, M.Kes, menilai pertumbuhan dan  perkembangan kampus beberapa tahun  terakhir ini,  mengalami kemajuan cukup pesat. Proses pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi di kampus tidak terlalu mendapat tantangan dan masalah krusial dan berat, tandas doktor administrasi publik  PPs-UNM 2012 ini.  
 
           Prinsip   kerja selalu dibangun di kalangan civitas akademika kampus,  mulai dari  cleaning service, security, staf, maupun dosen tidak ada dibeda-bedakan. Pendekatan dilakukan adalah kekeluargaan, jarang menggunakan pola birokrasi, tapi menganggap semuan adalah keluarga

        Tidak ada yang merasa paling disuka atau sebaliknya. Di kampus ini hanya berlaku orang yang dituakan. “Jadi di kampus ini tidak berlaku absensi, tidak ada istilah pimpinan, tapi ditumbuhkan adalah rasa memiliki kampus,  sehingga ada rasa kebersamaan membangun kampus ini lebih maju,”tandasnya.
         Pria kelahiran Kampung Munde, Manggarai, Plores, NTT tahun 1960 ini  melakukan pendekatan kepada mahasiswa dengan membangun dan menerapkan kearifan lokal.  Mengingat kampus ini mahasiswanya berasal dari beragam etnis, suku dan agama, maka pendekatan  dilakukan yakni  mengedepankan dan mengangkat nilai-nilai  kearifan lokal dari masing-masing etnik

          Kalau misalnya menghadapi orang Papua, tentu pendekatan lokal  orang Papua, begitu pula yang lainnya. Hal ini dimaksudkan agar mahasiswa yang dilayani tidak ada  merasa tersisihkan dengan yan lainnya. Diakuinya dengan pendekatan budaya ini semuanya lancar, dan kalaupun ada masalah  cepat dilaporkan sehingga mudah mengatasinya.

          Stikper Gunung Sari Makassar, membina tiga prodi  yakni, S1 Keperawatan, D3 Keperawatan dan prodi Ners. Tahun 2015  persiapkan prodi baru S2 Kesehatan Masyarakat konsentrasi Promosi Kesehatan.  Pius berharap 2016 sudah bisa menerima mahasiswa baru.  Tinggal menunggu proses izin Kementerian Riset dan Pendidikan Tinggi.  Soal SDM sudah memiliki dua orang doktor  dan akhir tahun 2015  ada lagi empat  sudah menyelesaikan S3.

           Rencana  pembukaan S2 ini tinggal proses wawancara dan presentasi  di Kementerian Dikti.  Tahun depan 2016, sudah menerima  mahasiswa baru. Kampus tidak ragu dengan mahasiswa baru, karena alumni S1 telah mencapai 2876 orang, kesemuanya ini,  butuh peningkatan kualifikasi pendidikan lebih tinggi. 

Rasa Kepercayaan  
         Sebagai pendatang di Sulsel, tidak mudah bisa bertahan di Kota Metropolitan Makassar,  jika tidak mampu menjalin  berkomunikasi baik  dengan lingkungan sosial , termasuk di internal  kampus maupun di masyarakat lebih luas lainnya. Kemampuan  berkomunikasi  yang ditunjukkan tokoh masyarakat  NTT di Sulsel ini,  justru  dihargai di lingkungannya. Dia  merasa sangat kagum berada di Makassar dan  ternyata orang Makassar itu sangat baik, kata Wakil Ketua I Kerukunan Keluarga NTT Provinsi Sulsel ini.  

           Orang Makassar itu tidak melihat dari suku mana dia berasal,  tetapi sungguh-sungguh hanya melihat siapa berprestasi maka dialah  layak untuk dipercaya menjadi  pimpinan. Seperti halnya dirinya sekalipun bukan orang Sulsel,  tapi karena dianggap layak memimpin kampus maka posisinya sebagai ketua di Stiper Gunung Sari Makassar aman-aman saja, ungkapnya. 

           Agar bisa bertahan di kampung orang atau dimana saja dia ditempatkan, dia  memegang prinsip hidup, yakni bersikap jujur, bertanggungjawab dan rasa memiliki. Prinsip inilah dipraktekkan sehingga sampai saat ini masih tetap dipercaya untuk menakhodai kampus, tandasnya.  

           Pius Nalang bukan lagi orang orang baru di Makassar, tapi sudah puluhan tahun berada di Makassar,  sejak tugas belajar utusan pemerintah Provinsi NTT ke Makassar di D3 Keperawatan Poltekes Bantabantaeng tahun 1988. Setelah tamat tahun 1991, oleh Kadiskes NTT  diangkat menjadi guru di SPK Depkes di Kabupaten Ende sampai 1996. Dan pada tahun 1997 pindah tugas ke  Makassar ditempatkan di SPK Labuang Baji Makassar.

         Perjalanan karier akademik berjalan terang, sejak  2010 sampai sekarang, Pius Nalang diberi amanah dan  diangkat menjadi Ketua Stikper Gunung Sari. Tapi sebelum diangkat dia adalah  dosen di kampus ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar