Kota dengan segala dinamika yang
mengitarinya, tidak hanya menjadi fokus
kajian arsitektur perkotaan. Tetapi
dalam kenyataan di lapangan harus ditata dengan seluruh aspek kajian keilmuan.
Penataan, pemilikan dan peruntukan lahan dan ruang (spasial) di
perkotaan termasuk cukup rumit dan kadangkala menjadi pemicu konflik horizontal
dan terkadang berujung jatuhnya korban jiwa. Demikian ditegaskan Ketua Prodi S2
Perencanaan Wilayah dan Kota (PWK) Universitas Bosowa 45 Makassar.
Ruang perkotaan dimaknai sebagai ajang perebutan dalam dimensi
kepentingan tertentu, dengan
kecenderungan penguasaan reproduksi ruang yang timpang, maka senantiasa akan muncul
ketidakadilan, disparitas pelayanan antarkwasan perkotaan dan penajaman strata
ekonomi masyarakat
Pada dimensi perubahan sosial demikian akan selalu diikuti perubahan pada tingkat struktur, sistem
sosial dan dinamika sosial akan terus terjadi dan berlangsung dari waktu ke
waktu, ungkap doktor sosiologi perkotaan PPs-UNM ini.
Kota yang baik dalam dinamika perkembangannya apabila mampu mewadahi
berbagai kepentingan masyarakat dalam hal pemenuhan kebutuhan hunian secara layak, lapangan pekerjaan
berkeadilan, pengambilan kaputusan dibangun
berdasar trust masyarakat dan pengelolaan pembangunan keruangan perkotaan berkelanjutan
secara lingkungan, kata kelahiran Bengo
Bone 13 Januari 1971.
Ruang kota dalam perspektif lebih luas merekonstruksi bertemunya
berbagai individu, golongan dan kelompok masyarakat dan komunitas. Bertemunya
kepentingan individu dan kelompo itu pada dasarnya mengkondisikan berbagai kepentingan
atas nama pembagunan, tandasnya.
Pertama
di Kopertis
Program studi Perencanaan Wilayah dan
Kota (PWK), merupakan pertama dan satu-satunya dikelola kampus PTS
di Kawasan Timur Indonesia (KTI). Program studi PWK merupakan unggulan dan ikon kampus. Setiap tahun,
mendapat sambutan luar biasa dari masyarakat. Tidak hanya dari
Sulawesi, tapi juga dari Kalimantan, Maluku dan Papua.
Alumni yang dicetak hampir pasti
tidak ada yang menganggur. Sebagai kampus yang menghasilkan magister tenaga
perencana, kebanyakan terserap sebagai tenaga penyedia jasa, bekerja di
sejumlah departemen di antaranya departemen transmigrasi, ada menjadi karyawan
di sejumlah bank di Sulsel maupun di luar Sulsel, tandas penulis tiga buku teks
sosiologi perkotaan ini.
Ditargetkan paling lambat 2017, program S3 PWK sudah beroperasi.
“Pembukaan program doktoral tidak ada masalah, karena telah
memenuhi persyaratan administrasi. Saat ini memiliki satu dosen, bergelar
profesor, empat doktor dan empat lagi lainnya dalam penyelesaian
studi S3. Jika empat orang itu sudah menyelesaikan studi doktoral, maka
syarat administrasi sudah dipenuhi membuka S3,”ujar Batara
Alumni S3 Sosiologi UNM tahun 2010
ini, optimis pembukaan program studi S3 PWK, karena selain syarat
administrasi sudah dapat dipenuhi juga besarnya dukungan dari
pihak yayasan dalam hal ini manajemen Bosowa Group. Pihak yayasan telah
mempersiapkan sumber daya tenaga dosen, juga pembangunan infrastruktur terus
dibenahi.
Prodi PWK memiliki keunggulan karena ilmu yang dipelajarinya tidak satu
bidang disiplin ilmu, tetapi multi disiplin. Terkait semua aspek, tidak hanya
masalah fisikal, tapi juga ekonomi, sosial, lingkungan, pertanahan dan bahkan
sampai kepada pengambilan kepautusan. Alumni PWK dibutuhkan dimana-mana,”ujar
ayah Nela Sapila Ramadani Batara dan Muhammad Novel Safran Rafiul Batara ini.
Tidak saja unggul dari prodi yang dikelolah, tapi tenaga pengajar
pun demikian, tenaga dosen digunakan adalah mereka profesional
dibidangnya, adalah kolaborasi dari berbagai perguruan tinggi dengan
disiplin ilmu berbeda pula. Ada diambil dari Unhas, IPB, ITB, dan dari UNM.
Batara yang sebentar lagi, akan menjadi guru besar,
mengatakan, setiap perencanaan, harus dibangun dengan multi disiplin. Jadi
tidak saja memikirkan fisikal saja, tapi aspek lainnya juga perlu dibangun
seperti halnya dengan aspek sosial perlu mendapat perhatian.
“Makanya, dosen PWK, diambil dari dosen dengan latar belakang yang
berbeda
Buku Sosiologi Spasial Perkotaan
Batara Surya adalah dosen yang pertama menulis buku teks tentang
sosiologi spasial. Buku yang baru saja terbit
berjudul, Sosiologi Spasial
Perkotaan (Gagasan dan Pengalaman Empiris). Buku setebal 323 halaman ini
termasuk buku pertama yang terbit membahas soal soal perkotaan dengan segala
dinamikanya. Buku ini diterbikan Fahmis
Pustaka di Makassar. Penerbit yang cukup banyak menghasilkan buku-buku teks
perguruan tinggi serta buku bermuatan kearifan lokal
Tema yang menjadi fokus penulisan buku ini di antaranya, dialektika modernitas
artikulasi spasial kapitalisme dan rasionalisme tindakan komunitas lokal di
kawasan pinggiran. “Selain itu, buku ini juga membahas dinamika perubahan
struktur dan pola ruang kawasan pinggiran kota.
Masalah lain juga dibahas adalah
perubahan fisik spasial kawasan pinggiran yang memarginalkan komunitas lokal di
kawasan Metro Tanjung Bunga Kota Makassar. ” Buku ini mengupas pendekatan
konsep artikulasi spasial perkotaan menuju perencanaan spasial dan pembangunan
perkotaan berkelanjutan
Batara
Surya lahir di Bengo Bone 13 Januari 1971. S1 Perencanaan Wilayah Universotas
45 Makassar 1995. Magister Manajemen Perkotaan PPs-Unhas 2001 serta
doktor sosiologi perkotaan 2010.Tamat SMAN Cakke 1989.
Anggota Ikatan Ahli Perencanaan Indonesia. Team leader penyusunan
rencana pengembangan kawasan pemukiman prioritas Kota Makassar 2010 dan
beberapa kota lainnya di pelosok Indonesia. Dua buku sebelumnya sudah terbit
yakni, Urbanisasi dan Pertumbuhan Kota (2012) serta Penetrasi Kapitalisme
Memarginalkan Komunitas Lokal (2014).
Team Leader Penyusunan Strategi
Pengembangan Pemukiman dan Infrastruktur Perkotaan (SPPIP) Kota Sofifi Maluku
Utara 2010. Team Leader Penyusunan Rencana Rinci Penanganan Kawasan Kumuh
Berbasis Kawasan Kota Bau-Bau 2009.
Team Leader Penyusunan RTRW Kota Bantaeng
2009. Team Leader Penyusunan Rencana Tindak Kawasan Permukiman Tradisional
Kabupaten Sidrap 2008. Team Leader Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan
Lingkungan (RTBL) Kawasan Berbasis Pantai Kota Bontang 2007.
Team
Leader Penyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan
Segi Tiga Perkembangan Kabupaten Kutai Kartanegara Kalimantan Timur
2006. Kordinator Wilayah Kalimantan dan Sulawesi Penanganan Kawasan Kumuh
Perkotaan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat RI. (yahya)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar