MAKASSAR- Pengembangan riset dan
pengabdian pada masyarakat khususnya di lingkungan perguruan tinggi di
Indonesia sampai saat ini masih terkesan lambat dan kurang memiliki
daya tarik. Padahal perguruan tinggi adalah lumbung
orang-orang cerdas dan kreatif, namun untuk kegiatan riset belum
dianggap sesuatu yang menarik di Indonesia.
Boleh jadi, ini juga akibat dari
kesalahan pemerintah yang terkesan masih setengah hati mendorong
pengembangan riset dan pengabdian di Indonesia selama ini. Meskipun demikian
dalam tiga tahun terakhir pengembangan riset di perguruan tinggi di
Indonesia terkhusus dalam lingkup Kopertis IX Sulawesi telah mengalami
peningkatan yang luar biasa.
Data
Kopertis IX, bahwa tahun 2015 kegiatan penelitian telah melibatkan
sebanyak 808 dosen, meningkat 2016 menjadi 924 dosen. Dan tahun 2017 lalu
pengingkatannya sangat signifikan dosen yang terlibat dalam kegiatan
riset sebanyak 1.364 orang.
Tidak hanya jumlah dosen peneliti yang
meningkat tetapi perguruan tinggi yang menerima dana riset juga semakin
meningkat dalam tiga tahun terakhir, yakni tahun 2015 jumlah perguruan tinggi
yang terlibat kegiatan riset sebanyak 55, meningkat tahun 2016 menjadi 77
perguruan tinggi dan 2017 perguruan tinggi yang terlibat kegiatan riset sudah
mencapai 102.
Kepala Bidang Kemahasiswaan dan
Ketenagaan Kopertis IX Sulawesi, Ichsan Kasnul Faraby, S.Sos, M.Si didampingi stafnya,m Dr
Mustakim Muhlak, .M.Si memberikan data penelitian dan pengabdian masyarakat,
bahwa dalam tiga tahun terakhir pagu anggaran penelitian dan
pengabdian masyarakat di kopertis IX terus mengalami peningkatan.
Dana penelitian dari
Kemenristekdikti yang diterima Kopertis IX Sulawesi tahun
2015 mencapai Rp14.584.500.000, meningkat 2016 menjadi
Rp15.037.100.000, dan 2017 menjadi Rp31.324.411.000 dan tahun 2018
meningkat lagi menjadi Rp35.762.907.000
Berbeda dengan dana pengabdian pada
masyarakat masih sangat rendah, tahun 2015 baru mencapai
Rp7.388.500.000, tahun 2016 meningkat Rp9.398.600.000, tahun 2017 turun menjadi
Rp8.999.640.000 dan meningkat tahun 2018 menjadi Rp9.563.000.000.
Dana penelitian yang terserap ke
perguruan tinggi dalam tiga tahun terakhir ini, dimulai tahun 2015 terbesar UMI
Makassar (Rp3.572.000.000), Unismuh Makassar (Rp1.600.000.000), Umpar
(Rp1.500.000.000), UKI Paulus (Rp1.200.000.000), dan Unibos (Rp1.200.000.000).
Dana penelitian 2016 terbesar UMI Makassar (Rp3.997.000.000), Umpar
(Rp1.419.000.000), Unismuh Makassar(Rp1.857.000.000) dan Unibos
(Rp1.100.000.000).
Sedangkan tahun 2017 dana penelitian terbesar UMI Makassar
(Rp8.800.000.000), Unismuh Makassar (Rp3.200.000.000), Umpar (Rp2.600.000.000).
Dan tahun 2018 pergurun tinggi yang mendapatkan dana penelitian
tertinggi masih dipegang oleh UMI Makassar (Rp 6.347.000.000), Unismuh Makassar
(Rp 3.464.130.000), Umpar (Rp2.889.500.000), Unibos (Rp1.250.000.000) dan UKI
Paulus (Rp1.400.000.000).
Sedangkan untuk kegiatan pengabdian dalam tiga tahun
terakhir tahun 2015 terbesar dananya Unibos (Rp2.000.000.000), serta
Unismuh Makassar (Rp790.000.000). Tahun 2016 terbesar Unibos
(Rp3.200.000.000), UMI (Rp786.000.000) dan Unismuh Makassar (Rp616.000.000).
Tahun 2017 terbesar Unibos
(Rp2.900.000.000), Unismuh Kendari (Rp. 606.000.000), UMI
(Rp483.000.000), UKI Paulus (Rp. 450.000.000), Unismuh Makassar (Rp. 4.00.000.000).
Di tahun 2018 Unibos masih yang paling terbesar menyerap dana pengabdian
pada masyarakat yakni (Rp. 2.551.000.000), menyusul Uncok
Palopo (Rp.755.000.000), Unismuh Kendari (Rp. 655.000.000), serta Unismuh Palu
(Rp. 650.000.000).
Sekadar diketahui
ada dua perguruan tinggi yang sudah masuk klaster utama untuk penelitian yakni
UMI Makassar dan Uncok Palopo. Sementara klas madya ada lima PTS yakni, Unismuh
Makassar, Umpar, Universitas Al-Khaerat, UKI Paulus dan Unismuh
Buton.(nasrullah-yahya)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar